Lawatan Paus Fransiscus Aman, Indonesia Baik baik saja

Paus Fransiscus berkati wanita hamil

Momen Paus Fransiskus memberkati Veronica Christanti Mada, dengan meletakkan tangannya di perut isteri Gregorius Bangkit Kristantyo itu. Menurut Greg, Bapa Paus memberikan kantong kecil yang berisi rosario. “Beliau bilang ‘this is for Cecilia’ – ke istri saya, ” kata Greg. Cecilia adalah nama calon bayi yang dikandung isterinya. foto dok. Instagram Aryadoyokkk

OLEH DIMAS SUPRIYANTO

SAAT berlangsung Misa Agung di Stadion Gelora Bung Karno, pada Kamis, 5 September 2024 lalu, sebagai umat muslim dan bagian dari mayoritas, saya termasuk yang was-was dan berdebar.

Namun kemudian saya bersyukur, karena prosesi Misa Agung di Stadion Utama Senayan itu berlangsung aman dan tertib. Sekitar 96 ribuan jemaat menyambut dengan suka cita kehadiran Petinggi Umat Katolik dari Vatikan itu. Sebagiannya mengenakan pakaian warna-warni mewakili setiap daerah.

Umat dan undangan yang hadir antusias ketika mengantar Paus asal Argentina itu, saat masuk dan keluar area GBK. Tak sedikit yang menyalakan flash di handphonenya membentuk cahaya gemerlap.

Presiden Jokowi dalam sambutannya menyatakan, umat Katolik adalah aset penting Indonesia. Utamanya untuk tebarkan kasih dan toleransi. “Umat Katolik di Indonesia bagian penting dari bangsa ini dalam menjaga persatuan menyebarkan kasih dan toleransi bersama umat beragama lainnya di Indonesia,” ujarnya.

“Hari ini kita bersuka cita menyambut kunjungan yang teramat mulia Bapak Suci Paus Fransiskus di Indonesia. Dan hari ini umat Katolik Indonesia bersuka cita karena dapat melakukan misa suci bersama dengan Yang Mulia Bapak Suci Paus Fransiskus,” kata Presiden Jokowi.

Umat Katolik di Ibukota dan Indonesia yang datang di acara itu, memberi teladan dengan menjaga kebersihan dan ketertiban saat ibadah itu berlangsung.

Misa Agung Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus menandakan puncak acara dari seluruh rangkaian kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia sejak Selasa 3 September lalu.

Tak terlupakan, kehangatan sambutan pada Paus Fransiscus dan kesederhanaannya, serta kemesraan masjid saat menyambangi masjid Istiqlal – melegakan kita semua.

AREA Masjid Istiqlal pernah menjadi markas perlawanan kepada presiden Jokowi, pusat kegiatan intoleran, fatwa fatwa kebencian kepada non muslim, khususnya Ahok BTP pada 2017 lalu, melalui kedok Aksi Bela Fatwa Ulama.

Selama beberapa waktu, area Masjid Istiqlal kerap dijadikan titik kumpul kelompok massa intoleran . Pada April 2017, massa anti Ahok long march dari Istiqlal menuju PN Jakarta Utara. Pada 2012 lalu mencoba diulangi dengan Aksi reuni 212.

Masjid Istiqlal kembali ke asal: menebarkan kesejukan. Simbol toleransi – yang berhadapan langsung dengan Gereja Katedral dan juga dekat dengan Gereja Immanuel. Bahkan ada lorongnya, penghubung umat yang berbeda iman.

Masjid itu pernah dikotori kegiatan yang merusak tenun kebangsaan dan aib bagi bangsa besar kita yang menjunjung tinggi “Bhineka Tunggal Ika”.

Kini – Masjid Istiqlal kembali ke asal: menebarkan kesejukan. Simbol toleransi – yang berhadapan langsung dengan Gereja Katedral dan juga dekat dengan Gereja Immanuel. Bahkan ada lorongnya, penghubung umat yang berbeda iman.

Bukan tak ada penolakan sama sekali atas kehadiran Paus Fransiscus, 3-6Septenber ini. Densus 88 diberitakan menangkap berbagai pihak yang ingin mengacaukan lawatan Paus – baik di ibukota maupun daerah. Penangkapan berlangsung tanpa publikasi, untuk meredam gejolak.

Sampah memang harus dibersihkan, bukan hanya sampah plastik, dedaunan kering, melainkan sampah intoleran, fanatikus agama. Semoga semua diproses hukum dan diberikan efek jera.

Saatnya semua agama bersatu. Sebab Katolik dan Islam – juga Hindu, Budha dan Kong Hu Chu – punya musuh yang sama: keserakahan, ketidakpedulian pada sesama, merasa benar sendiri, sikap antipati kepada golongan lain yang berbeda keyakinan, padahal sebangsa dan setanah air, sebagai upaya membenarkan segala cara untuk mendapatkan keinginan. Musuh bagi semua agama dan musuh bersama.

Masjid Istiqlal haruslah dijaga kebersihannya, independensinya, dari politik kepentingan dan mendorongnya sebagai pusat gagasan dan gerakan pembangunan peradaban dan budaya Islam yang toleran di Indonesia.

Sejarah telah menetapkan masjid terbesar di Asia Tenggara itu diarsiteki oleh Friedrich Silaban, anak dari pendeta Lutheran yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan. Kemudian dikunjungi Bapak Suci Umat Katolik SeDunia, Paus Fransiscus dari Vatican dan kini menjadi kebanggan umat Islam.

Demikianlah memang seharusnya. ***

NB :Indonesia, sekali lagi terbukti, baik baik saja.

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.