Seide.id – Alkisah di Pulau Antah Berantah, hiduplah seorang Demang yang penampilannya ‘klemar-klemer’, tapi bijaksana dan memiliki pemikiran yang visioner.
Anehnya, bahkan banyak anehnya, Ki Demang yang penguasa pulau itu dikuyo-kuyo oleh warganya sendiri. Sepak terjang Ki Demang dianggap pencitraan. Apa pun yang dibangun oleh Ki Demang tidak ada benarnya, menghamburkan uang, bahkan dituduh ingin menjual hasil pulau ke negeri tetangga. Kebijakan Ki Demang selalu dinyinyiri warga.
Berita Ki Demang yang dikuyo-kuyo itu juga menjadi ‘trending topik’ di negeri tetangga, Lucu Dewe, dan menjadi pokok bahasan di warteg, resto, hingga ke padepokan Ayem Tentrem.
“Guru, apakah sikap Ki Demang itu dibenarkan? Bukankah hujatan itu dapat menimbulkan kegaduhan yang luar biasa?” tanya seorang cantrik.
“Bagi akar rumput itu benar, tapi tidak untuk di atas, Ngger. Kau tahu sebabnya, kenapa?”
“Ki Demang tidak punya nyali. Bisa jadi beliau tidak miliki hati.”
“Semua orang itu mempunyai hati, Ngger, tapi Ki Demang mumpuni mengelola hatinya. Beliau tidak lembek, tapi kuat dan tangguh.”
“Mengapa beliau bersikap tak acuh dan cuwek seperti itu,” timbrung cantrik yang lain saking penasaran.
“Kalau saya, lebih baik penghujat itu ditangkap dan dibungkam agar tidak bikin gaduh. Ya, seperti zaman baheula dulu.”
“Ngger, apa pun yang dilakukan orang dengan tulus hati itu yang utama, penting, dan fokus adalah bekerja dan berbuat baik. Beliau tidak membutuhkan apresiasi, karena sudah selesai dengan dirinya sendiri,” jelas Guru itu sabar. Ia menghisap rokok tengwe itu, dan menyilakan kakinya.
“Apa mungkin si penghujat itu diberi kesempatan agar sadar diri, dan insyaf?”
“Le, hidup ini kesempatan untuk berbuat baik. Tapi karakter orang itu sulit berubah, bagai penyakit kronis yang sulit diobati. Ya, kecuali Gusti Allah yang mengubahnya.”
“Anehnya, mengapa Beliau diam, padahal mempunyai kekuasaan. Juga orang-orang di sekitarnya itu.”
“Ngger, berpikir itu jangan nuruti emosi atau perasaan. Konflik itu muncul, karena kita kedepankan ego sendiri.”
“Lalu…?”
“Ngger, orang yang tidak membalas kejahatan, tapi mengasihi dan mendoakan yang mendholimi itu berarti ia telah mengalahkan egonya sendiri.”
Para cantrik itu beradu pandang, manggut-manggut, dan malu.
Mas Redjo /Red-Joss