Lempar Batu Sembunyi Tangan

Lho?
Jangan seperti itu.
Bagaimana kalau ditiru orang lain?
Anak-anak juga ngikutin.
Di mana tanggung jawab kita?

Orang bilang, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Anak cerminan; fotokopi orangtua.

Sekali lagi, coba direnungkan.
Sebelum terlambat.
Ketimbang nyesal belakangan tak ada guna, lebih bijak kita menjadi ksatria.
Lebih keren. Terhormat. Bermartabat.

Berani berbuat berani bertanggung jawab.
Apapun konsekuensinya itu kudu diterima dengan berbesar hati. Lapang dada.

Tak perlu takut dengan bayangan sendiri. Ini & itu. Apalagi nyalahkan orang lain. Mengkambing hitamkan, lalu cuci tangan. Urusan selesai.

Apakah kita berani & mampu menari di atas penderitaan orang lain? Apakah kita sukses untuk ingkari hati nurani?

Jika kita tak ingin memberi contoh yang jelek pada keluarga atau orang lain, ya, sebaiknya kita tidak lakukan hal yang jelek & tercela.

Khilaf, berbuat salah itu biasa. Menjadi luar biasa jika kita mau memperbaikinya & tidak melakukan kekhilafan demi kekhilafan lagi.

Ketimbang hobi lempar batu sembunyi tangan, lebih baik kita lempar duit agar orang lain bahagia. Setuju?

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang