Maaf!
Siapa di antara kita yang tidak miliki luka batin?
Coba direnungkan.
Diingat-ingat dengan seksama.
Ditelusuri.
Jawabnya … tak seorang pun yang bersih dari luka batin!
Sok tahu?!
Tidak! Setidaknya, atau paling tidak, kita pernah mengalami. Merasakannya. Bahkan banyak di antara kita yang menyimpan, membungkus dengan rapi, dan berusaha bersikap cuwek, masa bodoh, lalu dengan mati-matian mencoba untuk melupakannya.
Apakah berhasil? Luka itu sembuh dengan sendirinya, atau muncul kembali?!
Kapan & di manapun, rasa bersalah itu bisa muncul di hati kita. Tanpa dimaui, disadari, & tak pandang bulu. Rasa bersalah itu menyelinap, hadir dalam suatu peristiwa atau ingatan, lalu timbulkan luka nyeri.
Kenapa bisa?! Karena luka batin itu belum kita obati. Sikap cuwek, masa bodoh, & tak peduli membuat luka itu tidak juga sembuh. Sebaliknya, ketika kita lari dari kenyataan membuat luka batin itu semakin parah, bernanah, dan infeksi.
Jauh lebih parah lagi, jika kita dihantui rasa bersalah, berdosa, dan penyesalan – – yang membuat luka itu menjadi kanker yang kronis. Bahkan, kita juga semakin stress.
Apapun luka batin itu, kecil atau besar, ringan atau parah, kita harus mengobatinya secara tuntas. Caranya?
Prioritas yang utama adalah kita berdamai dengan diri sendiri. Kenapa? Sifat masa bodoh, tak peduli, dan sifap negatif yang lain itu yang harus kita perbaiki. Keegoisan membuat kita sombong. Gengsi membuat kita berasa benar sendiri. Dan seterusnya.
Berasa benar sendiri & menganggap orang lain salah, jika dibiarkan berlarut-larut membuat kita semakin sombong. Sekaligus mentuhankan diri sendiri.
Padahal, jika kita sungguh orang beriman, tidak sepantasnya kita menghadap Tuhan, sujud menyembahNya dengan membawa dendam, kesombongan, atau kebencian di hati kepada sesama.
Bagaimana kita mohon ampun pada Tuhan, tapi kita tak mau mengampuni sesamanya?
Intinya, kita diajak hidup untuk murah hati. Berani untuk saling memaafkan & mengampuni agar jiwa kita tidak terbebani oleh iri hati, dendam, benci, dan hal negatif lainnya dalam mengarungi peziarahan ini.
Sekali lagi, selama kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri & berobah sikap ke arah yang semakin lebih baik. Kita lepaskan ganjalan & beban di hati untuk berani minta maaf & ampunan atas sikap, keteledoran, maupun kesalahan kita pada sesama. Baik yang disengaja maupun tidak.
Kita bisa menghubungi lewat telepon atau mendatangi langsung, sekaligus untuk bersilaturahmi & mempererat tali bersaudaraan.
Saling memaafkan & mengampuni secara tulus ikhlas itu sembuhkan segala luka. Kasih membuat kita hidup tanpa beban. Hidup bahagia & damai sejahtera menjadi milik kita bersama. (MR)