Orang sekarang jarang ke bank. Semua transaksi keuangan bisa dilakukan melalui ponsel. Bahkan, ATM pun mulai ditinggalkan konsumen. Keuangan digital adalah masa depan.
Apa manfaatnya perbankan nasional sekarang ini di tengah digitalisasi keuangan ? Tidak ada ! Anda tak perlu bank. Anda haya perlu institusi keuangan non formal seperti OVO, LinkAja, Dana, ShopeePay, GoPay. Bahkan ada Kredivo atau GoPayLater, anda gak perlu punya tabungan, tak perlu punya uang sekarang, beli barang tinggal beli, bayar belakangan.
Tak ada survei, tak perlu KTP, KCY atau pertanyaan usia. Beli, bayar belakangan. Perbankan pingsan jika tak dibantu pemerintah. Tak ada perbankan, pemerintah sulit menyalurkan uang kertas yang dicetak. Bahkan sekarang, orang tak perlu ke bank sebab semua bisa dilakukan dengan ponsel di tangan.
Nanti, kemungkinan pemerintah akan punya sikap berbeda ketika pindah dari uang kertas ke uang digital ( CBDC). Tapi, perbankan saat ini masih dibutuhkan meski banyak orang mulai memalingkan muka. Sebab bank tak memahami konsumennya.
Saya memiliki banyak teman pengusaha, rata-arata kecewa dengan perbankan nasional. Tak peduli itu bank swasta, apalagi bank pemerintah.
Lima bulan terakhir ini, bisnis sedang berkembang pesat. Banyak permintaan pasar untuk mensuplai produk sebanyak 5,2 ton sehari. Ia perlu dana bank, dengan jaminan properti yang lebhih dari cukup, tapi ditolak. Alasannya, usianya lebih dari 60 tahun. Bank di Indonesia menganggap usia lebih dari 60 tahun tidak memiliki produktivitas secara ekonomi. Ia terpaksa menjual propertinya dengan murah dan melupakan perbankan.
Sahabat dekat lain, sedang membangun bisnis barunya secara retail. Setiap hari, ia melakukan puluhan transaksi. Ia ingin transaksinya lancar dan teradministrasi. Ia perlu Qris. Ia menghubungi dua bank besar; BCA ( Swasta) dan BRI ( Pemerintah). Wawancara sudah dilakukan, survei lokasi sudah, isi formulir sudah dan tandatangan sudah, tapi hingga 3 minggu ( tepatnya hampir sebulan atau 30 hari ), belum kelar juga. Ia heran, apa kerja orang-orang bank, akalau sudah begini.
Ia menganggap bank tidak serius membantu perekonomian nasional. Khususnya pengusaha kecil seperti dia.
Melalui websitenya, OJK sebagai pengawas keuangan menyebut bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Andai bener kredo atau fungsi yang sudah digariskan seperti itu, mungkin banyak masyarakat taraf hidupnya akan meningkat dari tahun ke tahun, karena banyak membantu pengusaha. Realitasnya tidak seperti itu. Jauh dari itu.
Itu sebabnya, sesungguhnya banyak orang melihat dengan jelas, model keuangan digital seperti cryptocurrency, mampu menggantikan perbankan seperti sekarang ini. Cryptocurrency tak mengenal usia saat orang akan pinjam dana. Keuangan klripto hanya tahunya peminjam kredibel dan mampu membayar pinjaman.
Kelak, orang akan mengajukan credit card, pembelian mobil atau rumah, tak perlu melihat usia dan waktu pinjaman. Hanya dalam waktu beberapa menit saja, kredit disetujui atau tidak. Terlebih jika keuangan kripto melibatkan AI ( Artificial Intellegence), perbankan kemungkinan mati sendiri tanpa dibubarkan karena bangkrut. Atau, malu karena tak becus melakukan banyak hal di masyarakat…..
Menghasilkan Passive Income Dengan Bot Kripto