Foto: Couleur/Pixabay
Sudah biasa ada penanggalan, ada hari – Minggu- bulan dan tahub silih berganti. Ada sehari 24 jam. Lalu beberapa model penanggalan, dalam tradisi China, Arab, Hindu, Jawa, dan Romawi.
Semua membicarakan dan mengatur tentang waktu, dengan perhitungan dan maknanya. Lalu, manusia mengikuti berdasarkan tradisi dan keperluannya masing-masing. Lalu, saya mencoba catatkan refleksi waktu itu dalam sajak:
Mencatat tentang Makna Waktu
Waktu itu Matahari, misteri. Waktu ada pada dirinya
Setiap suku bangsa dunia
memberi makna pada waktu
dalam tradisi adat budaya
lalu para ilmuwan menegaskan
bahwa yang berputar bergerak
adalah semua planet angkasa
juga bumi kita ini
mengelilingi matahari
Manusia yang menghuni bumi,
hidup ada dan menjadi
dalam bumi yang bergerak
bergerak dalam putarannya
bergerak melingkari mentari
Dan
manusia juga bergerak
berziarah melukis makna hidup
dalam gerakan planet bumi
dan gerakan bumi keliling matahari
Kemudian,
dengan bahasanya, manusia bicara soal waktu
menjadi memberi makna waktu
bagi pengalaman diri pribadi
maupun relasinya sedang sesama
Juga dengan alam semesta
dan Sang Pemilik segalanya
Maka,
Waktu itu adalah rumusan bahasa manusia
Tentang pengalaman ada dan menjadi, berubah dan berkembang,
bergerak dalam gerakan bumi,
alam lingkungan dan jagat raya
Gerakan misteri Sang Ilahi
Maka,
Waktu juga adalah
udara yang dihirup, bumi yang dipijak
alam lingkungan semesta raya
yang dialami penuh misteri
Waktu itu,
saya, engkau, dia, mereka,
kita semua insani
dan yang bukan kita manusia,
yang diketahui akal pikiran
dan yang tidak di
ketahui
Waktu itu misteri
dari Sang Maha Misteri
Yang Maha Ada dan
Ajaib
Mencatat Pengalaman Menghadiri Pesta – Menulis Kehidupan 253