Membedah Makna Filosofis Gendhing Kebo Giro Sebagai Iringan Temu Temanten

Foto : Tangkapan Layar Youtube / Cahyo Hendarwanto

Seide.id – Dalam sebuah acara pernikahan yang mengusung adat Jawa tentu bunyi ketukan gamelan akan menjadi pengiringnya. Di antara banyaknya gendhing gamelan, ada satu gending yang dianggap sebagai representasi acara pernikahan adat Jawa. Gendhing tersebut bernama Kebo Giro.

Siapa yang menciptakan gendhing Kebo Giro?

Gendhing Kebo Giro adalah gendhing yang diciptakan oleh salah satu dari anggota Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga. Gendhing tersebut pada awalnya ia ciptakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

Pada masa Wali Songo, penyebaran Islam dilakukan dengan menggunakan pendekatan budaya atau dalam ilmu Antropologi dikenal dengan istilah “Cultural Approach”. Pendekatan budaya tentunya bertujuan untuk menarik hati masyarakat.

Kapan gendhing Kebo Giro dilantunkan?

Gendhing Kebo Giro biasa dilantunkan pada saat pernikahan adat Jawa. Lebih tepatnya gendhing ini bertujuan untuk mengiringi prosesi Temu Panggih.

Apa itu prosesi Temu Panggih?

Temu Panggih adalah pertemuan antara kedua mempelai setelah akad nikah dengan didampingi oleh kedua orang tua.

Makna Filosofis Kebo Giro Dalam Pandangan Islam

Gendhing Kebo Giro jika dimaknai berdasarkan perspektif Islam maka kata tersebut berasal dari bahasa Arab yaitu “Hubbu” dan “Ghirah”.

Kata “Hubbu” memiliki arti cinta dan kasih sayang. Sedangkan kata “Ghirah” memiliki arti  sebagai unsur jiwa yang menjaga kehidupan dan ketulusan hati.
Sehingga kedua kata tersebut dimaknai sebagai pertemuan kasih sayang dan keinginan jiwa yang mendalam.

Selain memiliki makna filosofis dalam perspektif Islam, gendhing Kebo Giro nampaknya memiliki makna filosofis berdasarkan laras karawitannya.

Dalam gendhing Kebo Giro, laras karawitannya terdiri dari “Gonge Sarwo Limo” / “Wilaan Sing Ditutuk Ugo Limo” dengan titi laras “Ro, Lu, Mo, Nem, Pi” / 2,3,5,6,7.

Kemudian titi laras dijumlahkan semua hasilnya 23.
23 terdiri dari angka 2 dan 3, apabila dijumlahkan hasilnya 5.
Maksud dari angka 5 adalah lima perkara yang perlu kita jaga atau hindari, lima perkara ini dikenal dengan istilah “Mo Limo’, antara lain:

1. “Emoh Main”, yang artinya tidak mau berjudi.
2. “Emoh Ngombe”, yang artinya tidak mau minum yang memabukkan.
3. “Emoh Madat”, yang artinya tidak mau mengisap candu atau ganja).
4. “Emoh Maling”, yang artinya tidak mau mencuri atau kolusi).
5. “Emoh Madon”, yang artinya tidak mau berzina.

Dalam konteks ini, gendhing Kebo Giro bermaksud untuk menceritakan bagaimana perilaku manusia dalam menjalani kehidupan di dunia yang dimana diharapkan mampu terhindar dari lima perkara tersebut.

Jenang Kudus, Oleh-oleh Khas Kudus yang Legit

Sejarah dan Keistimewaan Seni Kaligrafi Islam

Es Jaipong Khas Jawa Barat, Segar dan Wajib Coba