Mencuri Bitcoin dan Ethereum memerlukan beaya besar untuk diretas (Foto: AI-Bing, Seide)
Cryptocurrency memiliki dua wajah yang saling bertolak belakang. Satu sisi, merupakan penemuan sistem keuangan digital paling canggih, sisi lain, menyedot banyak sekali wajah buruk, yakni aktor jahat berjuluk peretas.
Disatukan Blockchain
Aset kripto atau cryptocurrency merupakan pembukuan digital terdesentralisasi yang memiliki teknologi luar biasa bernama blockchain. Blockchain melahirkan cryptocurrency. Pertama kali, blockchain digunakan sebagai basis untuk menyimpan transaksi Bitcoin. Dari sinilah teknologi ini menjadi terkenal. Namun, blockchain tidak hanya terbatas pada cryptocurrency. Ia memiliki potensi untuk mengubah berbagai sektor di masa depan ( Penjelasan lebih rinci akan dibuat berseri).
Blockchain dan cryptocurrency saling berkait dan memperkuat satu sama lain. Blockchain adalah fondasi yang memungkinkan cryptocurrency beroperasi. Kecanggihan cryptocurrency yang mampu memberikan transaksi P2P ( Peer to Peer) atau transaksi langsung antara dua pihak yang tidak perlu melibatkan pihak ketiga, namun sering terganggu kehadiran pihak lain dalam hal ini aktor jahat.
Beaya Mahal
Baik itu disebut hacker, peretas, perampok uang dunia maya maupun sebutan menyeramkan lain. Banyak pemilik dan pengelola bursa kripto, nyaris tak berdaya menghadapi para aktor jahat. Namun para peretas ini nyaris tak ada yang mau merampok Bitcoin atau Ethereum.
Saya tak pernah mendengar para maling kripto itu menyerang dua cryptocurrency terbesar saat ini; Bitcoin dan Ethereum. Risikonya terlalu besar. Beayanya sangat besar sekali.
Menurut analisa Coin Market untuk merampok dua aset kripto itu, beaya yang harus dikeluarkan sulit dilakukan oelh hacker sekago manapun.
Untuk melakukan serangan pada jaringan Bitcoin, penyerang harus mendapatkan hashrate ( tingkat kecepatan penambang dalam menambang aset kripto) yang disediakan oleh 7 juta ASIC (Application-specific Integrated Circuit ) atau ASIC miner, yakni chip sirkuit terintegrasi yang telah dirancang untuk tujuan menambang kripto.
Untuk memperoleh peralatan sebanyak itu akan menelan biaya $20 miliar. ( Rp 300 triliun). Jumlah ini menakutkan para peretas. Juga, jumlah perangkat yang tersedia di pasaran saat ini tidak sebanyak itu.
Sedang jika mereka melakukan serangan atau perampokan terhadap Ethereum akan menelan biaya $34 miliar atau Rp 510 triliun. Catatan lain, para perampok atau peretas jahat itu harus mampu mengelola 200 node ( titik redistribusi atau titik akhir komunikasi) secara bersamaan, sehingga sangat mempersulit koordinasi tindakan.
Ini terlalu besar dan berisiko bagi para peretas yang biasanya malas mengeluarkan uang. Mereka hanya tahunya bisa merampok uang tanpa modal dan hanya berdasar keahlian meretas saja.