Foto : Joeri Romer/ Unsplash
Sejarah peradaban telah mencatat adanya komunitas tradisi adat budaya di berbagai belahan dunia. Ada leluhur suku bangsa manusia yang menjadi pendahulu dalam sejarah. Mereka mengalami kehidupan di zamannya, lalu meninggalkan warisan kearifan yang tersimpan dalam aneka simbol dan media. Antara lain dalam bangunan megalitik adat budaya.
Yang menarik adalah pengalaman religius mereka dengan Sang Maha Pencipta, yang terpatri dalam sastra lisan dan bangunan megalitik tempat ritual sesaji sembah. Upaya memahami dan menggapai makna wsrisan kearifan leluhur itu, saya tuliskan dalam sajak:
Batu-Batu Bersajak
Pada wajah kami
para Nabi tanpa nama
abadikan mantra dan doa
kata sakral dari Pencipta
Sabda alam Semesta Raya
bagi generasi manusia
tentang harkat dan martabat
tentang prinsip dan nilai
tentang makna dan hakekat
tentang relasi antar insani
tentang relasi dengan alam
tentang cinta harmoni damai
tentang asal tujuan hidup
tentang kebenaran kodrati asali
Pada rupa bentuk kami
sejuta kata telah terlukis
ribuan ritual suci dilakukan
dan sesaji sembah dilaksanakan
kepada Ibu Bumi Pertiwi
kepada Bapa Langit Mentari
bersama segenap penghuni semesta
agar tarian harmoni lestari
agar lagu damai bersemi
bagi kehidupan semua insani
putra-putri cahaya Ilahi
Terpatri indah tersimpan disini
bagi yang peduli menghargai
bagi pencari warisan hakiki
jawaban bagi jiwa sanubari
Akan kehendak Sang Ilahi
Kami batu-batu ini
tidak bersusun menata diri
dengan aneka bentuk ini
dengan wajah rupa begini
di sini dan dimana-mana
sejak zaman purbakala
dalam aneka adat budaya
Tetapi
Para Nabi Tanpa Nama
telah abadikan amanat Pencipta
telah wariskan anugerah sabda
telah wartakan misteri makna
Tentang arti keindahan semesta
Tentang makna keagungan sempurna
Tentang ajaibnya keluhuran jiwa
Tentang berharganya kodrat manusia
Makluk ciptaan yang istimewa
pembawa cahaya Sang Pencipta
di tengah alam raya ini
Melukis sorga di atas bumi
Kami batu-batu tradisi
diguyur hujan panas alami
mengawal musim silih berganti
saksikan semua perilaku generasi
alami dihargai dan dihormati
rasakan dicibir dan dikhianati
merekam semua warna-warni
dari generasi ke generasi
Entah sampai kapan
kami bisa ada lestari
kembali kepada pilihan generasi
dan Kehendak Sang Ilahi
Simply da Flores Harmony Institute