Foto : Enrique/Pixabay
Kesahajaan dan kesederhanaan menjadi salah satu fakta dalam sejarah Natal, kisah kelahiran Yesus di kandang Betlehem. Bayi mungil Yesus, lahir di malam sunyi, di kandang domba, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan dalam palungan.
Ketika dirayakan zaman ini, ada gemerlap kemeriahan dengan aneka pernak-pernik Natal. Namun, masih sangat banyak yang hidupnya miskin dalam kepasrahan kepada Sang Pemilik kehidupan. Nelayan tradisional di rahim samudera, adalah salah satu kelompok sesama yang sering terlupakan. Merenungkan perjuangan, doa dan kepasrahan mereka, khususnya untuk menghadapi perayaan Natal, saya tuliskan sajak:
Kado Natal Nelayan dari Rahim Samudera
Seorang Nelayan tradisional
sedang menjahit jala di pantai
Bersiap nanti hendak melaut
meskipun gelombang deras bergelora
di ujung tahun dekat Natal
Perayaan kelahiran Sang Immanuel
“Ayah, mengapa pohon Natal dan lampu warna-warni belum ada di rumah kita
Tetangga sudah memasangnya
Seluruh kampung kelihatan gemerlap”
Sang ayah diam hening
jemari sibuk merajut jala
Sesekali pandangan ke laut lepas
Dan
sang anak kembali bermain
Membelai hamparan pasir damba
Bercanda dengan buih ombak
Melihat jejaknya dihapus gelombang
Saat senja tiba
sang ayah siap ke samudera
dengan sampan doa sahaja
dengan jala pukat pancing
Memegang dayung keyakinan nurani
pasti akan mendapat rezeki
Dan
kepada anaknya dia berpesan
“Pulanglah ke rumah
bersama ibu dan adikmu
doakan agar ayah berhasil
Pulang selamat membawa ikan
untuk santapan rayakan Natal
Semoga bisa untuk dijual
membelikan kalian baju baru
juga pohon dan lampu Natal”
Nelayan dan perahu doanya
Menerjang ombak gelombang
Berbekal keyakinan sanubari
mendapat rezeki di samudera
agar bisa bahagiakan keluarga
Natal itu berjuang memberi
Natal itu kerelaan berkorban
Natal itu menerjang tantangan
Demi
membahagiakan orang lain
membagi kasih bagi keluarga
memberi senyum pada anak-anak
Menyalakan warna-warni solidaritas
Menumbuhkan pohon sukacita
dalam kesahajaan sanubari
dengan karya amal bhakti
Fajar pagi merekah
Cahaya membelai wajah pantai
Ombak perlahan senyum ceria
lautan teduh gelombang rehat
Ada Natal di pantai ini
Sang nelayan labuhkan perahu
disambut istri dan anaknya
“Gloria in exelcis Deo
et in terra pax hominibus”
Aneka Ikan sudah didapat
Sangat cukup untuk keluarga
bisa berbagi ke tetangga
ada yang akan dijual
sehingga harapan anak dipenuhi
“Permohonan sederhana istri anak
Doa sahaja sang nelayan
Perjuangan dengan pasrah keyakinan
Menerjang deras gelombang
Menyibak gelap gulita malam
ternyata dijawab Sang Ilahi
Kelahiran Juru Selamat di pantai
Kedatangan Immanuel dalam keluarga”
Salam Damai Natal