Foto : Pixabay
Usaha mengetahui, mengenal, memahami jatidiri pribadi memang tidak mudah. Ini adalah sebuah proses berkelanjutan, dalam jejak langkah ziarah hidup setiap orang. Ada pengalaman, ada pengetahuan serta tingkat umur yang juga ikut berpengaruh. Juga soal latar belakang pribadi, konteks keluarga dan komunitas kehidupan dari pribadi kita.
Seringkali ada obsesi dan harapan akan hal yang spektakuler dialami, agar bisa semakin sadari hakekat diri. Namun, semestinya disadari adalah banyak hal ajaib dalam diri, melalui sesama dan di alam ini, yang terjadi setiap hari. Apakah bisa disadari dan disyukuri ?
Sangat banyak hal luar biasa, karena biasa dialami, maka dianggap biasa-biasa saja, bahkan tidak ada apa-apa nya. Misalnya Nafas, detak jantung, talenta dan bakat diri, kasih sayang orangtua dan sesama, serta duknungan alam semesta ini.
Renungan tentang kesadaran diri ini, saya tuliskan dalam sajak:
Mencari Kesadaran Sejati Pribadiku
Seorang lelaki paruh baya
bersama ibunya yang renta
Sambil memilah hasil pemulungnya
bercerita tentang rindu dambanya
Mereka terus berjuang mencari
dan sudah pernah menemukan
ayat-ayat sakral
Sebagai santapan sehat
bagi lapar hati nuraninya
Sebagai minuman sejuk segar
bagi dahaga jiwa sanubarinya
Banyak kali coba mendekat
Di tempat ritual ibadah
Namun,
Tidak dapat menemukan ayatnya
“Maklum…
kami orang kampung udik
hanya pemulung tidak sekolah
Tidak lancar baca tulis
Tida mengerti bahasa sakral
dari kitab suci agama
dari mantra ritual budaya”
“Kadang berharap bisa ketemu
entah di emperan rumah orang
entah di gedung-gedung tua
entah di tempat sampah
saat berkwlan sebagai pemulung
Namun,
belum pernah bisa ketemu
Mungkin ada yang terbuang
tetapi kami tak kenal
karena tidak bisa membaca”
“Pernah mau ketemu bertanya
tokoh agama tokoh ritual
Tetapi,
perasaan takut dan malu
karena jarang ikut beribadah
Tidak mengerti ritual dan agama
Maklum…
kami orang kecil miskin
Hanya mampu jadi pemulung
asal bisa dapat makan”
Saya bisa jadi teman
karena hanya seorang pengamen
kami duduk di taman kota
sambil istirahat menjelang magrib
Mereka pulang memulung sampah
saya baru selesai mengamen
Kami nikmati jajan gorengan
dengan air es di plastik
Ada cerita yang mengejutkan
dari sang nenek pemulung
Dia pernah mendapat mimpi
pada malam Jumad kliwon
di bulan suci Ramadhan
Ada ratusan wajah aneh
datangi dia dalam mimpinya
Lalu mereka berpesan
“Jangan mencari kemana-mana
Ayat-ayat sakral Ilahi
Dirimu buku kehidupan Pencipta
Ayat-ayat sakral Ilahi
ada di seluruh jiwa raga
tertulis di anggota tubuhmu
di dalam perasaan emosimu
di dalam otak pikiranmu
di dalam hati nuraniku
di dalam jiwa sanubarimu”
“Ayat yang paling jelas
adalah setiap desah nafasmu
adalah setiap detak jantungmu
Anggota tubuh yang dipakai
sebagai wujud kendaraan jiwamu
Ayat sakral dalam sesamamu
Ayat sakral di alam ini
yang menjamin kehidupan manusia
Cukup selalu disadari
Perlu terus dijaga dirawat
Hanya dengan syukur terimakasihmu”
Menyadari kehidupan dalam Ruang dan Waktu – Menulis Kehidupan 379