Menyadari Keterbatasan Pikiran dan Pribadiku – Menulis Kehidupan 244

Foto : Pexels/pixabay

Pengalaman memberikan pelajaran makna kehidupan. Kebutuhan sangat banyak, dalam setiap pribadi. Keinginan tidak terbatas, namun kemampuan memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup itu sangat terbatas. Pikiran manusia memang cerdas, namun ada keterbatasan, sehingga tidak.mampu mengetahui semua hal.

Namun, seringkali setiap individu belum tentu menyadarinya, bahkan berjuang melawan fakta hakekat diri. Ingin memuaskan segala keinginan dan mimpinya. Lalu kutuliskan sajak:

Bermimpi Menghitung Ombak Gelombang

Melangkah lewati hamparan pasir
biar bisa mendekati ombak
biar kaki dibasahi gelombang
Lalu
bisa kuhitung dengan pasti
berapa banyak ombak gelombang
sejak pagi hingga soreh
dan nanti sepanjang malam
Waduh…
badanku basah dihempas ombak
aku perlahan diseret gelombang
seluruh tubuhku tenggelam
Lalu harus berenang
berjuang ke tepian lagi
Dan ternyata..
Aku tak mampu menghitung jumlah
Ombak gelombang samudera

Ketika rebah di hamparan pasir
Ada ide menghitung pasir
berapa banyak yang terhampar
Biar jadi viral terkenal
penghitung jumlah pasir pantai
penemu jumlah ombak gelombang
Wow…
mimpiku di siang bolong

Tapi,
ada yang aneh
ombak gelombang ada di rasaku
kiriman dari sesama saudara
titipan dari alam lingkungan
dalam setiap hari perjumpaan
dan tak mampu kuhitung
Lelah ragaku dan tertidur

Saat senja menjelang malam
sepoi angin laut menyapa
bangunkan raga dan segar
Kutertawakan diri kepulkan asap
terbangkan perasaan maluku
biar tersimpan di angkasa
Namun,
ombak gelombang terus memecah
dan sekarang dalam pikiran
Ombak gelombang aneka informasi
dari samudera sarana digitalisasi
memnggugat nalar memilah memilih
dan setiap hari tak berhenti
Pasir pantai menjadi guru
ajarkan kepasrahan pada kodrat

Gelap gulita malam
Merangkul jiwa raga papa
ternyata aku ini terbatas
ternyata keinginanku berlaksa damba
namun kemampuan pribadi miskin
di hadapan alam semesta
sebagai ciptaan Sang Ilahi
Dan
hati sanubari diam hening
jiwa sahaja tunduk merenung
mengembara dalam hening

Bintang bersinar terang menemani
Purnama senyum terus mendampingi
Langkah kelana hening malam
melihat ombak di hati sanubari
memandang gelombang di jiwa
Aku dalam samudera kerahiman
dibawa arus energi semesta
untuk bersujud temukan makna
dalam asinnya pasrah doa

Aku hanya butiran pasir
di hadapan maha luas lautan
Aku hanya selembar daun
di bawah luasnya angkasa
Jariku tak mampu menahan ombak gelombang
Pikiranku tak mampu keringkan samudera
Anganku tak bisa rangkul angkasa
Dan
Ketika mentari pagi datang
kusadari diriku masih bernafas
terkapar di bawah pohon teduh
semalaman nyenyak tertidur
Dan
masih boleh bangun sekarang
lalu menuliskan sajak ini