Foto : Kyle Head / Unsplash
Penulis : Jlitheng
Monggo mas, pun dahar sakwontenipun, sapa grapyak iparku dari dapur, saat saya berkunjung kerumahnya. Sudah lama kami tak berjumpa.
Saat dahar bersama saya rasai sebagai satu saat berkualitas, saat bertunas dan tumbuhnya relasi baru dengan saudara, teman, sahabat yang lama berpisah. Dahar yang mengobati rasa rindu, menyegarkan dahaga di atas hausnya raga.
Kata dahar secara harafiah berarti makan dan minum. Tetapi, dahar sesungguhnya lebih dari memenuhi lapar dan haus secara fisik saja, jikalau dahar dimaknai sebagai dadia hana ing rasa [ da – dio ha – na ing r – asa], yang artinya jadilah penguat ikatan hati.
Hari ini ‘kita rayakan pesta Tubuh dan Darah Kristus,’ bagian hakiki dalam Misa Kudus atau Ekaristi.
Kerinduan dari kedalaman jiwa untuk menyambut-Nya.
Bagi kami, menyambut komuni lebih dari menerima Hosti, tetapi ada hakiki adalah tentang “Hubungan kami dengan Tuhan, sebagai Sumber Hidup Rohani,” yang tak akan terjalin dengan baik tanpa dahar dan Tubuh dan Darah-Nya. Di saat-saat dahar bersama, kita mempunyai banyak waktu untuk bertegur-sapa dengan Tuhan.
Pengalaman iman dengan dahar secara rohani, pada saat Misa Online, memang tidak mengurangi kualitas perjumpaan dengn Sumber Energi Abadi, namun rasa kemanusiaan ini adakala juga kembo, hambar.
”Monggo dahar sak wontenipun.”
Salam sehat dan tetap berniat untuk berbagi cahaya.
Berani Berkobar Berbagi Terang – Catatan halaman 151