Saya sudah siap dengan tulisan yang melabrak orang yang rajin menyalahkan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid 19. Tapi di hari baik ini saya ingin berbagai perngalaman nonton video WA tentang orang orang baik. Orang orang berhati mulia.
Video yang pertama saya lihat adalah sosok polisi berbadan kekar yang menyambangi pangkalan abang becak dan bertanya tanya tentang penghasilan hari ini? Lalu dia mengambil uang ratusan ribu dari tasnya dan membagikan. “Ini ada rezeki sekarang pulang ya.. “
Beberapa abang becak yang kusut masai karena sepi penumpang dibagi seratus ribu : jumlah yang sangat lumayan untuk abang becak. Karena, seperti kata salahsatunya, mereka biasa mendapat Rp20 – 30 ribu sehari dan pada hari itu belum narik penumpang satu pun.
“Ayo pada shalat Jumat dan habis itu pulang, ” kata pak polisi sembari membagikan uang ratusan ribu kepada abang abang becak di sana. Abang becak menurut.
Video berikutnya menampilkan wanita bermobil mengajak tos – adu kepalan tinju. Salam Covid. Orang yang diajak tos ragu ragu membalas. Yang melakukan tos membuka telapak tangannya ada lembaran uang di sana dan diberikan. Lembaran Rp.50 ribu. Ada banyak orang kecil di jalan, pedagang kaki lima, pedagng jalanan yang diajak tos dan dapat uang. Ada yang bengong terngaga dan ada yang sigap mengucap terima kasih.
Sebuah video yang membuat saya berucuran air mata dari tiktok bernama Mat Peci. Dia menulis judul videonya “tutorial cara nawar harga ke pedagang kecil saat PPKM ala Mat Peci.
Penjaja jus tebu ditanya berapa minuman segelasnya ? Dijawab Rp. 5 ribu. Yang beli tidak nampak di layar menyebut, “Kok lima ribu? 100 ribu ya? ” Pedagang bingung. “Ya, udah 200 ribu. Pedagangnya, heran. “Rp.300 boleh, ya?” Begitulah angkanya naik terus.
“Ya udah 500 ribu aja”. Lalu lima lembaran ratusan ribu diberikan.
“Ini benar pak?” tanya wanita pedagang seperti tak percaya. Yang ditanya tak menjawab, lalu pergi . Setelah terima uang, lalu menangis. Saya pun yang melihatnya, ikut menangis.
Ada juga anak muda laki laki, nampaknya orang kaya, berjalan sembari menepuk punggung orang. Bukan sembarang tepukan. Bekas tepukannya ada lembaran uang Rp 100 ribu yang diselotip. Yang ditepuk kaget meraba raba dan dapat rezeki nomplok.
Banyak yang ditepuk pemuda cuek yang berjalan cepat itu. Abang ojek, pedagang dan tukang parkir. Semua “korban” tepukan kaget dan mendapat rezeki tak terduga..
VIDEO pendek terakhir yang saya lihat dari Yusuf Hamka. Dia pengusaha tajir pemilik saham jalan toll yang dikenal dermawan. Bersama sama Walikota Jakarta Pusat dan Satpol PP dia mendatangi kaki lima bertanya tanya tentang dagangan mereka.
“Ada sisa berapa ini? 30 porsi. Berapa harga per porsinya? Rp.13 ribu. Berarti 390 ribu. Bungkus semua, ya. Ini saya bayar. Habis ini pulang ya. Bantu pak Walikota. Nanti makanan diambil sama pak Satpol PP, buat warga yang lagi isoman!”
Satu per satu penjaja kaki lima didatangi, ditanya sisa dagangannya dan diborong habis lalu diminta pulang. Jusuf Hamka membantu dengancara halus. Dan sangat mendidik.
Begitulah seharusnya orang orang kaya. Dan politisi yang merasa mewakili rakyat. Tunjukan aksi nyata bukan hanya nyinyir.
Di masa pandemi ini analis seahli apa pun kalau cuma komentar kimentar Anda omdo. Sok ahli dan sok tahu. Negara sedang tidak butuh analis gratisan. Cuma modal nafas. Apalagi pencemooh.
Ini hari baik bulan baik. Kita akan merayakan Qurban. Saya ingin menularkan virus baik kepada Anda semua. Bagi Anda yang memiliki rezeki lebih – longgar – bantulah sesama. Semampu Anda.
Saya juga melakukannya. Dan tak menyebutkannya. Agar tak sia sia dan hilang pahala saya. Amin. ***