Seide.id -Beredar pidato Presiden Uganda Yoweri Kaguta Museveni untuk bangsanya yang dianggap pidato terbaik yang pernah ada dari seorang Presiden mengenai Covid-19.
Museveni sebelumnya pernah terlibat dalam perang yang menggulingkan pemerintahan ? dan pemberontakan yang kelak menyebabkan runtuhnya rezim Milton Obote.
Memerintah Uganda sejak 29 January 1986, kelahiran tahun 1944 ini tercatat sudah tiga periode menjabat sebagai presiden.
Pidato Yoweri Kaguta Museveni yang menyentuh ini sebenarnya sudah beredar sejak 1 Mei 2020 seperti ditelusuri Seide pada sebuah rumah ibadah.
Demikian bunyi pidato Museveni yang dianggap pidato terbaik Presiden tentang Coviid-19.
Musaveni mulai membukanya dengan kalimat,
“Tuhan memiliki banyak pekerjaan, Dia harus menjaga seluruh dunia. Dia tidak bisa hanya berada di sini di Uganda untuk menjaga orang-orang bodoh …”.
Selanjutnya,
“Dalam situasi perang, tidak ada yang meminta siapa pun untuk tinggal di dalam rumah. Anda memilih untuk diam di rumah. Bahkan, jika Anda memiliki ruang bawah tanah, Anda bersembunyi di sana selama pertempuran terus berlanjut.
Semasa perang, Anda tidak memaksakan kebebasan Anda. Anda rela menyerahkannya sebagai imbalan untuk bertahan hidup.
Selama perang, Anda tidak mengeluh kelaparan. Anda menahan lapar dan berdoa agar Anda bisa hidup untuk makan lagi.
Selama perang, Anda tidak berdebat tentang membuka bisnis Anda. Anda menutup toko Anda (itupun kalau cukup waktu), dan lari untuk menyelamatkan hidup Anda. Anda berdoa untuk hidup lebih lama hingga perang usai sehingga Anda dapat kembali ke bisnis Anda (itupun jika belum dijarah atau dihancurkan oleh tembakan mortir).
Semasa perang, Anda bersyukur kepada Tuhan karena diberikan kesempatan hidup di dunia ini.
Selama perang, Anda tidak khawatir anak-anak Anda tidak bersekolah. Anda berdoa agar pemerintah tidak memaksa mereka sebagai tentara untuk dilatih di sekolah yang berubah menjadi pelatihan militer.
Dunia saat ini sedang berperang. Perang tanpa senjata dan peluru. Perang tanpa tentara manusia. Perang tanpa batas. Perang tanpa perjanjian gencatan senjata. Perang tanpa arena. Perang tanpa zona terlarang.”
Tentara yang Tidak Kenal Ampun
“Tentara dalam perang ini tanpa ampun. Tidak memiliki setitik pun rasa kemanusiaan. Tidak pandang bulu – tidak peduli apakah anak-anak, wanita, atau tempat ibadah yang diserangnya. Tentara ini tidak tertarik pada rampasan perang. Tidak ada niat untuk mengubah rezim. Tidak peduli tentang sumber daya mineral yang kaya di bawah bumi. Bahkan tidak tertarik pada hegemoni agama, etnis atau ideologis. Ambisinya tidak ada hubungannya dengan superioritas rasial. Ini adalah tentara yang tidak terlihat, cepat, dan sangat efektif.
Agenda satu-satunya adalah panen kematian. Hanya kenyang setelah mengubah dunia menjadi satu lahan kematian besar. Kapasitasnya untuk mencapai tujuannya tidak diragukan lagi. Tanpa mesin darat, amfibi dan senjata udara, ia memiliki pangkalan di hampir setiap negara di dunia. Pergerakannya tidak diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun. Singkatnya, ia adalah hukumnya tersendiri. ia adalah Coronavirus. Juga dikenal sebagai COVID-19 (karena mengumumkan kehadiran dan niatnya yang merusak di tahun 2019)
Syukurlah, pasukan ini memiliki kelemahan dan bisa dikalahkan. Hanya membutuhkan tindakan kolektif, disiplin dan kesabaran kita. COVID-19 tidak dapat bertahan dari jarak sosial dan fisik. Ia hanya berkembang ketika Anda menantangnya. Senang sekali dikonfrontasi. Namun menyerah dalam menghadapi jarak sosial dan fisik kolektif. Ia tunduk pada kebersihan. Tidak berdaya ketika Anda mengambil takdir Anda di tangan Anda sendiri dengan menjaganya tetap bersih sesering mungkin.
Ini bukan waktunya untuk menangis tentang roti dan mentega seperti anak-anak manja. Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa manusia tidak akan hidup dari roti saja (tetapi dari setiap Firman yg keluar dari mulut Allah).
Mari kita patuhi dan ikuti instruksi dari pihak berwenang. Mari kita ratakan kurva COVID-19. Mari melatih kesabaran. Mari menjadi penjaga saudara kita. Dalam waktu singkat, kita akan mendapatkan kembali kebebasan, perusahaan, dan sosialisasi kita. “
Pidato ini viral. Membuat jutaan orang di dunia ‘menangis’ merasa tertampar.’ (rs)
Foto, dari Instagram kagutamuseveni