Seide.id– Peraih Nobel Perdamaian Bangladesh, Muhammad Yunus (84), ditunjuk menjadi Perdana Menteri interim Bangladesh, usai PM Sheikh Hasina mengundurkan diri dan kabur ke luar negeri. (8/8/2024)
Sebelumnya, terjadi pemberontakan massa terhadap pemerintahan Hasina karena menolak kuota PNS bagi kelompok tertentu yang dianggap bertujuan untuk melanggengkan kepemimpinan Hasina.
Yunus ditunjuk setelah pemimpin protes mahasiswa, kepala tiga divisi militer, masyarakat sipil, dan beberapa pemimpin bisnis menggelar rapat selama 5 jam.
Ekonom dan bankir profesional ini disebut Bankir kaum miskin karena keperduliannya pada rakyat kecil.
Tercatat, pada 1977, Yunus mendirikan Grameen Bank untuk menyediakan pinjaman kecil bagi para pengusaha miskin yang tidak memenuhi syarat untuk menerima pinjaman dari bank konvensional.
Kredit mikro Grameen adalah program gagasan Yunus yang terbukti mampu menolong rakyat Bangladesh dan diikuti oleh banyak negara di dunia. Namun tidak sampai di situ saja. Selanjutnya, ia lakukan ekspansi untuk membantu masyarakat miskin dan memberi pekerjaan. Begitu seterusnya. Ratusan perusahan nirlaba pun berdiri untuk menampung hasil usaha masyarakat dan memberi lapangan kerja.
Dalam buku Banker to the Poor: Micro-Lending and the Battle Against World Poverty tergambar pemikiran- pemikirannya, juga fokusnya dalam memberi pekerjaan sebagai upaya untuk mengentas kemiskinan.
Bagian akhir buku Banker to the Poor ini ditutup dengan ‘mimpi’ Yunus tentang dunia yang bebas dari kemiskinan. Yunus percaya bahwa amal bukanlah cara untuk membuat dunia bebas dari kemiskinan. Sebaliknya, ia nyatakan, “Masalah sebenarnya adalah menciptakan lapangan bermain yang setara untuk semua orang, memberikan setiap manusia kesempatan yang adil”
Keperduliannya untuk menaikan taraf hidup masyarakat dengan memberi dukungan pada bidang pendidikan serta sajian Grameen internet nirlaba, hanya sebagian dari upayanya yang tercatat. Tak heran kalau Profesor ini banyak menerima penghargaan internasional. Di antara, gelar sebagai Pahlawan Asia dari majalah Time.
Pada 2006, Muhammad Yunus dan Gremeen dianugerahi Nobel Perdamaian karena mempelopori program kredit dan keuangan mikro untuk membantu usaha orang miskin. Yunus mengawali ini menggunakan dana pribadinya dan tanpa meminta agunan.
Komite Hadiah Nobel Perdamaian memuji Yunus dan Grameen Bank miliknya atas upaya menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial dari bawah.
BUKAN DENGAN PROGRAM AMAL
Muhammad Yunus, konsep dan pemikirannya jadi acuan banyak negara di dunia.. Di Indonesia, ada salah seorang warga yang beruntung bisa belajar dari pemikiran- pemikiran Yunus.
Suzan Jasmine Zulkifli, mantan Lurah Lenteng Agung. Pada tahun 2015, ia dikirim ke Bangladesh.
“Untuk menimba ilmu langsung dengan Prof. M. Yunus di Yunus Center di Bangladesh tentang MICRO FINANCE.” jelas Susan,(10/8)
Kemiskinan, seperti kata Yunus, bukan hal yang diinginkan masyarakat, “Tapi karena tidak adanya peluang untuk mengeksplor. Sesuatu harus dilakukan..”
Menolong masyarakat adalah dengan memberi peluang usaha dan pekerjaan, bukan memberi bantuan lewat program amal, katanya dalam wawancaranya dengan Forbes (2012)
“Masalah utama dengan program amal adalah bahwa mereka terus-menerus bergantung pada sumbangan. Mereka tidak dapat berdiri sendiri,” tandas Yunus.
Untuk mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan -setidaknya, membawa ke taraf hidup yang lebih baik –memang tidak bisa dengan bicara saja atau membantu lewat program amal.
Sesuatu harus segera dilakukan bagi masyarakat. Maka mengirim Suzan Jasmine Zulkifli untuk belajar langsung dari peraih Nobel Perdamaian, PM Muhammad Yunus adalah sebuah langkah tepat dari Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Ahok.
(ricke senduk)
Melongok Kali Mampang Era Ahok dan Kekalahan Anies Melawan Warga
Soekarno, Sarinah dan Cintanya
Di Kudeta, Aung San Suu Kyi, Kembali Hadapi Penjara dan Pembatalan Pemilu
Wapres Perempuan Pertama AS, Kamala Harris, Sosok Yang Mengguncang Dunia