OLEH MAS SOEGENG
Kita melihat, Presiden dan Kabinetnya bekerja keras membangun di tengah mengatasi pandemi. Namun kita juga melihat beberapa tokoh parpol sibuk membuat pencitraan diri menuju Pilpers. Memang, Pemilihan Presiden, masih lama. Namun, pemilihan kali ini adalah pemilihan strategis. Berkuasa sekarang atau tidak sama sekali. Saingan terberat semua partai adalah Joko Widodo. Periode kini, adalah terakhir kekuasaan Joko Widodo. Siapapun yang punya cara strategis dan jitu, pasti akan memegang kendali kekuasaan pada 2024.
Tak heran jika Gubernur AB mulai fokus pada pencitraan. Membuat berbagai upaya agar Formula E yang menghebohkan karena angggaran fantastis, terus diupayakan, agar orang tahu kerjanya. Bikin icon sepatu di tengah kota, mengecat pembatas, membikin jalur khusus sepeda atau sholat Subuh di Sukabumi, adalah cara agar namanya selalu mengemuka.Kalau tak ada gagasan bagus, paling mencemplungkan dirinya ke got atau makan di warteg agar jadi perhatian rakyat kecil.
Tak Berfaedah
Semua yang dilakukan AB tidak ada gunanya sama sekali, kecuali memang memperluas jangkauan nama AB untuk nanti. Di zaman medsos, siapapun yang banyak dibicarakan, akan menjadi terkenal. Tak peduli yang dilakukan baik atau buruk.
Mesin google akan merekam keterbacaan sebuah istilah, nama atau keyword untuk memudahkan digunakan apa aja. Termasuk Pilpres. Itu dilakukan agar AB dengan nama segunung, dilamar Parpol. Itu satu-atunya cara ia diperhatikan.
Ada kabar, PKS mulai menyerukan seluruh kadernya, terutama di Jabodetabek, untuk aktif memperebutkan posisi RT dan RW. Dari sisi politik, kekuasaan para RT dan RW sangat mutlak di saat Pemilihan Legislatif, Pemiihan Kepala Daerah atau Pemilihan Presiden, karena mereka menjadi penanggungjawab Tempat Pemunguran Suara ( TPS). Semakin banyak posisi RT dan RW yang dikuasai, semakin mudah memainkan mesin politik dalam bentuk apapun.
Resah dan Bergerak
Sementara itu, diam-diam para PNS sudah mulai bergerak membangun kekuasan untuk mencalonkan seseorang yang berideologi sama dengan mereka.
Ditemukannya bendara HTI di gedung megah KPK, salah satu gejala untuk menunjukkan langkah-langkah strategis para kader yang sudah dibina untuk membuat jalan termulus calon pemimpin mereka.
Di sekolah, pesantren hingga kampus, semakin gencar gerakan radikalisme tumbuh pesat, dan itu seharusnya tak bisa didiamkan. Tak bisa dianggap kecil dan remeh. Sebab, dampaknya nanti akan besar. Orang-orang buruk bisa berkuasa jika kita abai.
Melihat ini semua, di saat seperti ini, ketika Kabinet Presiden Jokowi bekerja, mereka justru sibuk menyusun kekuatan untuk berkuasa. Tak peduli apa yang dilakukan Presiden untuk negara, sementara kita hidup di negara yang sama. Seyogyanya Pemerintah segera gesit membentuk penangkal virus-virus yang melemahkan bangsa. Orang-orang yang mulutnya senantiasa njeplak model Fadli Zonk, mestinya segera diberangus. Jangan sampai mulut baunya dianggap wangi oleh pengikutnya.
Diam-diam, kita juga tahu, Presiden Joko Widodo memang tak akan mencalonkan diri untuk ke3 kalinya, namun ia membawa kartu Joker yang menjadi sakti ketika ia menunjuk seseoerang sebagai penggantinya. Nanti…..
TULISAN MENARIK LAIN: