Seide.id -Siapa pun tentu kaget, ketika tanpa hujan atau angin disodori segepok uang. Uang untuk apa, dari mana, dan kenapa diberikan?
Tidak ada orang yang menolak, jika diberi uang secara cuma-cuma. Tapi rezeki nomplok segepok uang itu yang harus diwaspadai agar kita tidak silau, apalagi kita lalu terseret dan dijerat masalah.
“Terimalah,” kata lelaki baya itu lagi, sambil menyodorkan uang kepada Ibu muda itu, AEY.
AEY diam, tidak berati bimbang. Ia lalu memandang pimpinan KCU yang juga tengah memandangnya agar menerima uang itu.
“Coba kau tanya pada Pak LM, ia juga setuju.”
“Maaf, Pak. Terima kasih,” tolak AEY lembut.
“Kenapa? Kau tahu, uang ini kami berikan sebagai apresiasi atas dedikasi dan kesetiaanmu membesarkan perusahaan,” jelas Pak AG yang pemilik bank itu.
“Sekali lagi, terima kasih, tapi saya tidak bisa menerima,” kata AEY sambil tersenyum.
“Kau aneh, diberi apresiasi tidak mau,” senyum Pak AG makin melebar. Sorot matanya bijak dan kebapakan.
“Terima kasih atas apresiasinya, Pak.” Hati AEY makin risih, dan tidak enak. Ia percaya pada Pak AG, karena beliau mempunyai puluhan perusahaan, dan dikenal murah hati.
Sekali lagi ia beradu pandang dengan pimpinannya, Pak LM yang meminta padanya agar tidak mengecewakan Bos Besar.
“Apakah boleh, jika uang itu saya terima lalu saya bagi-bagikan pada seluruh karyawan? Karena kita ini satu tim.”
“O, boleh itu uang dan hak kamu,” kata Pak AG tertawa lebar.
AEY mengucapkan banyak terima kasih, dan merasa lega. Ia lalu ke luar dari ruangan Pak LM untuk kembali ke mejanya. Beberapa teman saling berbisik, hingga ia duduk.
“Dipanggil Bos Besar ada apa, AEY?” tanya DN kepo.
“Ceritanya nanti waktu istirahat,” kata AEY sambil menaruh telunjuk di mulut. Ia membuat list karyawan kantor.
AEY membuka amplop uang itu di dekat DN dan KL. Ternyata 5 bundel uang ratusah ribu, berarti 50 juta!
“Wow!” DN dan KL berdesis. Mereka beradu pandang.
AEY lalu menghitung per 10 lembar, lalu membagikan kepada seluruh karyawan secara adil. Ia sadar dan memahami, bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (1 Tim. 6:10). Ia tidak ingin ada teman yang iri atau dengki.
“Tolong sisanya ini untuk beli makan siang seluruh karyawan. Cukup seminggu atau 2 minggu,” kata AEY, lalu menyerahkan uang itu pada CL.
Pulang kerja AEY menceritakan pengalaman itu pada Mama Papa.
“Lho, nggak sayang, Dik?”
“Nggak. Kan belajar dari Papa agar kita jangan pernah menyesal untuk berbagi. Kita juga satu tim, Pa,” kata AEY. Ia diam saja, ketika dipeluk Papanya erat.
AEY makin terharu. Matanya berkaca-kaca, karena bahagia.
…
Mas Redjo /Red-Joss