(23) BERANGKAT KE MANTHILI
Bulat kata karena sepakat. Perintah raja tak dapat dibantah.
“Sabda pandhita ratu” (ucapan seorang pendeta dan raja “sepisan dadi” (sekali jadi), “tan kena wola-wali” (tak dapat dicabut) karena jika dicabut akan mengurangi kewibawaannya.
“Bebasan we kresna tumetesing dlancang seta” (ibarat tinta hitam yang telah dituliskan pada kertas putih), “angel den icali” (sulit dihapus).
Setelah mendapat restu dari Prabu Dasarata maka dengan mengenakan pakaian seorang prajurit, Raden Ramayana berangkat ke Kerajaan Manthilidirja untuk mengikuti sayembara mengangkat Gandhewa atau Busur Baja, pusaka Kerajaan Manthilidirja milik Prabu Janaka.
Raden Ramayana berangkat ke Kerajaan Manthilidirja diikuti oleh ketiga adiknya yaitu Raden Lesmana Murdaka. Raden Satrugna dan Raden Barata.
(24) TIBA DI KERAJAAN MANTHILIDIRJA
Di tengah perjalanan menuju Kerajaan Manthilidirja. Raden Ramayana sakadang (sesaudara) selalu mengangkat puji-pujian bagi Tuhan Seru Sekalian Alam. Rasa syukurnya tiada henti. Hanya satu harapannya, semoga dirinya berhasil memenangkan sayembara “menthang langkap gandhewa dibya” (mengangkat busur sakti) yang terbuat dari baja, pusaka Kerajaam Manthilidirja milik Prabu Janaka.
Tepat di tengah hari, Raden Ramawijaya beserta adik-adiknya tiba di kerajaan Manthilidirja. Saat itu sudah banyak para raja muda, prajurit pilihan, dan para pemuda dari luar Kerajaan Manthilidirja yang ingin ikut sayembara untuk memperebutkan Dewi Sinta yang cantik jelita.
( bersambung )