Foto : Nicole/Pixabay
Oleh: Tonin
Dalam falsafah Jawa, ada 11 fase kehidupan manusia, yaitu:
1. Maskumambang
Simbol fase ruh/kandungan di mana kita masih “mengapung” atau “kumambang” di alam ruh dan kemudian di dalam kandungan yang gelap.
2. Mijil
Mijil artinya ke luar. Ini adalah fase bayi, di mana kita mulai mengenal kehidupan dunia. Kita belajar bertahan di alam baru.
3. Sinom
Sinom adalah masa muda, masa di mana kita tumbuh berkembang dan mengenal hal-hal baru.
4. Kinanthi
Ini adalah masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna diri.
5. Asmaradhana
Fase paling dinamis dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup.
6. Gambuh
Fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci (gambuh). Menyatukan visi dan cinta kasih.
7. Dhandang Gula
Ini adalah fase puncak kesuksesan secara fisik dan materi (dhandang = bejana). Namun selain kenikmatan gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan spiritual.
8. Durma
Fase di mana kehidupan harus lebih banyak didermakan (berbagi) untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Ini adalah fase bertindak sosial. Berkumpul bersama teman-teman seperjuangan dan bersosialisasi.
9. Pangkur
Ini adalah fase uzlah (pangkur-menghindar), fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup.
10. Megatruh
Ini fase penutup kehidupan dunia, di mana Ruh (Roh) meninggalkan badan (megat: memisahkan). Fase awal dari perjalanan menuju keabadian.
11. Pucung
Fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali menjadi pocong (jenazah), ditanya seperti lagu pucung yang berisi pertanyaan. Fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan Yang Maha Suci.
Kamu ada di tahapan mana? Sekadar mengingatkan, karena kita semua tidak tahu, kapan waktunya kita kembali pada-Nya…