Sosok Shah Rukh Khan di Mata Fans Perempuan India

shah-rukh-khan_2

Mereka bukan sekadar fangirl yang tergila-gila, menutup mata pada peran-peran Khan yang lebih problematik. Seperti pada film Anjaam atau Dil Se, di mana ia digambarkan sebagai penguntit.

Sebaliknya, pandangan mereka adalah tatapan kritis. Mereka tidak menyukai film-film itu dan mereka mengatakannya.

Hal yang paling berkesan bagi mereka bukanlah adegan-adegan glamor atau drama – meskipun mereka juga menikmatinya – tetapi momen-momen yang tampaknya tidak mencolok.

Dilwale Dulhaniya Le Jayenge adalah salah satu hit terbesar Khan dan barangkali film romantis Bollywood paling sukses dan digemari sepanjang masa – tetapi ibu dari seorang gadis penggemar dikejutkan oleh satu adegan yang tidak pernah saya perhatikan.

“Itu pertama kalinya saya melihat jagoan mengupas wortel dan menghabiskan begitu banyak waktu dengan para perempuan di rumah.”

Baginya, itu sangat romantis. Bukannya perempuan-perempuan ini tidak tertarik kepada Shah Rukh Khan secara seksual, namun ketertarikan mereka lebih jauh dari itu.

Shah Rukh Khan dan Kajol dikenal sebagai “pasangan emas” di Bollywood

Khan mengalihkan perhatian mereka dari kebosanan atau menjadi penawar dari patah hati dan ketidakadilan yang mereka alami sehari-hari.

Ia adalah pria yang ingin mereka nikahi bukan karena ia adalah bintang Bollywood, tetapi karena ia penuh perhatian.

Dan seorang pria yang penuh perhatian akan mengizinkan Anda bekerja, menghemat uang, atau setidaknya membiarkan impian Anda hidup – bahkan jika itu hanya berarti mengantarkan Anda ke bioskop untuk menonton film Shah Rukh Khan berikutnya.

Bagi begitu banyak penggemar wanitanya – seorang birokrat yang pernah ditampar ibunya ketika remaja, ia menyelinap ke bioskop untuk menonton film Khan; buruh pabrik kain yang harus menyuap saudara-saudaranya dengan uang hasil jerih payahnya demi menonton film terbaru Khan di layar lebar; pekerja domestik yang berbohong kepada pendetanya supaya ia diizinkan melewatkan gereja empat Minggu berturut-turut untuk menonton film Khan di TV – kegembiraan sederhana dari menonton film adalah kebebasan yang mereka curi.

Bahkan, banyak penggemar Shah Rukh Khan belum pernah menonton filmnya, karena tidak mampu. Mereka mengaguminya dari lagu-lagunya. Tapi bahkan itu bisa membuat mereka tidak disukai.

“Sangat susah bagi perempuan untuk bersenang-senang – sekadar mendengarkan lagu atau mengagumi seorang aktor,” kata Bhattacharya.

“Ketika seorang perempuan berkata dia menyukai seorang aktor, dia berkata dia menyukai penampilan seorang pria dan mungkin akan dihakimi karena itu.”

Perempuan-perempuan ini mungkin bukan radikal, tulis Bhattacharya, tetapi dalam mencari kegembiraan-kegembiraan sederhana ini, mereka memberontak.

Mereka memberontak dengan menyembunyikan poster-poster Shah Rukh Khan di bawah tempat tidur mereka, mendengarkan dan menari dengan lagu-lagunya, dan menonton film-filmnya – dan karena pemberontakan itu, mereka menyadari apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup.

Sang birokrat, misalnya, bertekad untuk membuat jalannya sendiri di dunia karena ia tidak mau lagi meminta izin untuk menonton film Khan.

Seorang perempuan muda kabur dari rumah setelah ketahuan pergi diam-diam ke bioskop untuk menonton film Khan, berujung perjodohan yang tergesa-gesa dengan seorang pria yang bukan penggemar dan tidak menyukai fakta bahwa ia seorang penggemar.

(Ia sekarang menjadi pramugari dan telah menikahi seorang pria yang “membangkitkan perasaan yang sama” seperti Khan).

Khan bukanlah sebuah janji yang menggoda atau mimpi terlarang bagi saya dan teman-teman saya, yang terlahir di keluarga berada dan menikmati kebebasan yang jauh lebih besar.

Sampai saya membaca buku ini, saya tidak pernah sepenuhnya mengapresiasi pemberontakan dalam perjalanan ibu dan bibi saya ke bioskop hampir setiap hari Jumat untuk pertunjukan larut malam.

Mereka sering mengajak saya, yang tidak menyadari nasib baik saya.

Tapi ia tetap menjadi benang merah yang menghubungkan masa kecil-masa kecil kami yang berbeda – salah seorang perempuan mengatakan Khan mengajarinya bahasa Inggris melalui wawancaranya. Ia mengajari saya bahasa Hindi.

Bhattacharya mengatakan Khan juga ikon pada zamannya – dan banyak yang telah berubah sejak ia menjadi bintang di Bollywood.

“Para perempuan muda tidak ingin menikahi Khan, mereka ingin menjadi dia – mereka menginginkan otonomi dan kesuksesannya.”

Buku Shrayana Bhattacharya, Desperately Seeking Shah Rukh: India’s Lonely Young Women and the Search for Intimacy and Independence, diterbitkan oleh Harper Collins India. – BBC/dms

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.