Foto : Duangphorn Wiriya / Unsplash
Secara kodrati, tidak ada satu pun manusia meminta dilahirkan, dari orangtua mana, kapan dan dimana. Lalu, ada yang terlahir cacat atau difabel, dirinya tidak meminta dan juga orangtuanya.
Lalu, ada yang setelah lahir jadi yatim atau yatim dan piatu. Ibu meninggal dan ayah tiada. Bahkan seumur hidupnya tidak kenal orangtua dan alami kasih sayang mereka. Merenungkan kenyataan itu, saya membuat sajak:
Kutitipkan pada Senja – Surat seorang Yatim Piatu
Sudah berkali-kali
kudatangi pantai ini
sejak masih pelabuhan batu
saat perahu membawa engkau
pergi merantau
tinggalkan telapakmu
pada pantai pasir bisu
Sudah bertahun-tahun
Tak pernah ada kabar
dimana Adamu
seperti apa keadaanmu
entah masih bisa bertemu
Aku tak tahu
hanya menunggu
Hari ini kuberinikan diri
menulis pada lembar samudera
Berbisik pada gulungan ombak
Sehelai damba rinduku
padamu ayah tercinta
yang pergi saat lahirku
dan tinggalkan pusara ibu
yang hembuskan nafas setelah hadirku
Ibu,
Kukirim terimakasihku
di pusaramu
Ayah,
Kutulis tanya jiwaku
dan kuttitip pada senja
biar engkau membaca
goresan sanubari hampa
Karena
sampai usia senja ini
tak pernah rasakan
sorga air susu ibu
tak pernah lihat wajah ayah
yang ajarkan asinnya samudera
Simply da Flores Harmony Institute