Taliban : Perang dengan Amerika, Berteman dengan Cina!

Seide.id – Dalam dunia politik sangat terkenal ungkapan : “Tidak ada musuh atau teman abadi di dalam politik, yang ada hanya kepentingan abadi”. 

Ungkapan itu kini sedang dipraktekkan oleh Taliban, milisi yang sedang berusaha merebut pemerintahan sekaligus menguasai teritori Afghaninstan.

Taliban yang ingin menerapkan Hukum Islam yang ketat di Afghanistan, mulai membuka hubungan internasionalnya dengan mengunjungi pemerintahan komunis Cina.

Sejak kepergian pasukan Amerika dari Afghanistan pada awal Juli 2021 ini, milisi Taliban yang telah berperang dengan Amerika selama 20 tahun, terus melakukan serangan ofensif kepada tantara pemerintah Afghanistan di berbagai wilayah.

Militansi Taliban dan tambahan peralatan perang yang ditinggalkan Amerika, membuat kelompok ini semakin kuat dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Bahkan dikabarkan banyak tentara reguler Afghanistan yang terpaksa kabur ke negara tentangga Tajikistan.

Sementara itu rakyat sipil yang khawatir dengan kekejaman Taliban, banyak yang mengungsi ke Turki melalui Iran. Seperti diberitakan, Taliban tanpa ampun mengeksekusi orang-orang yang pernah bekerjasama dengan Amerika, dan tidak menerapkan aturan Syariah yang ketat.

Turki sendiri sepeninggal Amerika masih menyisakan pasukan di Afghanistan. Tetapi jumlahnya terbatas, dan sudah diultimatum oleh Taliban untuk segera meninggalkan Afghanistan jika tidak ingin diperangi.  

Taliban nampaknya sangat yakin akan menjatuhkan pemerintah yang sah di Afghanistan, kemudian mengambil alih pemerintahan. Taliban berjanji akan membangun Afghanistan dan menjalankan pemerintahan dengan paradigma baru.

Meski pun belum menguasai sepenuhnya terotori Afghanistan, dan pemerintahan masih dikuasai rezim lama, Taliban sudah mulai membina hubungan luar negeri. Negara pertama yang dikunjungi, dan pada siapa Taliban mengikat janji, adalah Cina!

Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi Wang Yi pada hari Rabu (28/7/2021) menerima kunjungan Sembilan orang perwakilan Taliban di Kota Tianjin, Cina.  Salah satu yang berkunjung adalah pendiri kelompok itu Mullah Abdul Ghani Baradar.

Pertemuan itu menurut juru bicara Taliban Mohammed Naeem yang dikutip oleh Al Jazeera.com, adalah atas undangan dari otoritas China. Taliban menilai undangan itu secara luas dilihat sebagai hadiah dari Beijing terhadap legitimasi itu.

Naeem menulis di Twitter bahwa “politik, ekonomi dan isu-isu yang berkaitan dengan keamanan kedua negara dan situasi Afghanistan saat ini dan proses perdamaian dibahas dalam pertemuan”.

Tentu saja bukan Cina jika tidak bisa memanfaatkan pertemuan itu. Kepada delegasi Taliban, Wang Jin mengatakan dia berharap Taliban akan menindak Gerakan Islam Turkestan Timur karena itu adalah “ancaman langsung terhadap keamanan nasional China”.  

Menurut pembicaraan itu, Wang Jin merujuk pada sebuah kelompok yang dikatakan China aktif di wilayah Xinjiang di barat jauh China. Beijing mengatakan pihaknya khawatir negara tetangga Afghanistan dapat digunakan sebagai tempat pementasan bagi separatis.

“Delegasi (Taliban)  meyakinkan China bahwa mereka tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan China,” kata Naeem. “China juga menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutkan bantuan mereka dengan Afghanistan dan mengatakan mereka tidak akan ikut campur dalam masalah Afghanistan tetapi akan membantu memecahkan masalah dan pemulihan perdamaian di negara itu.”

Negara Paria 

Beijing memandang penarikan AS dari Afghanistan sebagai anugerah, sementara hubungan dekat dengan pemerintah masa depan di Kabul juga dapat membuka jalan bagi perluasan Inisiatif Sabuk dan Jalan ke Afghanistan dan melalui republik-republik Asia Tengah.

Pada hari Rabu, juru bicara kementerian luar negeri China berusaha untuk lebih menggarisbawahi perbedaan antara kebijakan Washington dan Beijing. “Tiongkok selama ini tidak mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan… Afghanistan adalah milik rakyat Afghanistan,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu sangat kontras dengan “kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan”.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam kunjungan resmi ke India, memperingatkan pada hari Rabu bahwa Afghanistan akan menjadi “negara paria” jika Taliban mengambil kendali dengan paksa.

 “Taliban mengatakan bahwa mereka mencari pengakuan internasional, bahwa mereka menginginkan dukungan internasional untuk Afghanistan. Agaknya, menginginkan para pemimpinnya dapat bepergian dengan bebas di dunia, sanksi dicabut, dll, ”katanya kepada wartawan. 

Secara terpisah, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mendesak masyarakat internasional “untuk meninjau kembali narasi kesediaan Taliban dan pendukung mereka untuk merangkul solusi politik”. 

“Ini bukan Taliban abad ke-20 … tetapi manifestasi dari hubungan antara jaringan teroris transnasional dan organisasi kriminal transnasional,” katanya. Hw / Al Jazeera.com

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer