Seide.id – Antropolog Koentjaraningrat menyebut kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.
Istilah kebudayaan digunakan untuk menunjuk dan merukunkan hasil karya fisik manusia sekalipun hasil dari karya fisik manusia, ini sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusianya.
Salah satu hasil kebudayaan di era tahun 70-an di Kudus yaitu berdirinya Gedung Nasional yang menjadi cikal bakal Taman Bojana Kudus.
Gedung yang mengadaptasi gaya kolonial Belanda.
Sejarah dan Fungsi Taman Bojana
Pada tahun 1976, Taman Bojana Kudus awalnya merupakan sebuah Gedung Nasional.
Gedung Nasional tersebut kemudian menjadi Gedung Bioskop Ramayana yang difungsikan sekitar 1978 hingga 1983.
Tahun 1990an bioskop tidak begitu laku karena banyak siaran televisi dan DVD player.
Taman Bojana diresmikan pada tahun 1997 sebagai sentral kuliner Kudus yang bertujuan untuk mendorong perekonomian Kudus agar mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Nama Taman Bojana berasal dari kata “bejana” yang berarti tempat menanak nasi.
Sehingga Taman Bojana dimaknai sebagai tamannya beraneka makanan.
Adapun makanan khas Kudus yang disajikan seperti soto ayam, soto kerbau, pindang kerbau, hingga lontong tahu.
Di lantai 2 Gedung Nasional tersebut digunakan sebagai tempat perkuliahan mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Kudus.
STEK inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Muria Kudus.
(Khoirunnis Salamah)