Seide.id – Bagaimana reaksi kita, ketika menerima undangan pesta?
Reaksi pertama saat menerima undangan itu, setiap orang tentu tidak sama. Tapi umumnya kita ingin tahu, undangan itu dari siapa dan kapan waktunya.
Bisa jadi bersikap cuwek, karena kita biasa menerima undangan. Kita bersikap tidak peduli, karena kurang atau tidak dekat dengan si pemberi undangan itu.
Undangan, apa pun jenisnya, baik itu undangan khitanan, ulang tahun, pernikahan, dan seterusnya itu baik adanya. Kita diundang, karena diingat oleh atau teman yang ada hubungan kekerabatan dengan yang mempunyai hajat.
Sesungguhnya kita diundang, karena diingat, diperhatikan, dan diakui sebagai sahabat. Perhatian itu semestinya ditanggapi dengan positif dan baik. Jika muncul prasangka buruk atau negatif itu datangnya dari si jahat yang ingin meracuni hati kita.
Berpikir positif dan berprasangka baik itu adalah kebijaksanaan yang datang dari sikap kerendahan hati.
Ketika kita terlewati tidak diundang teman yang mempunyai hajat, ya, kita tidak harus emosi, mencap negatif, atau komentar nyinyir. Bisa jadi teman lupa, sehingga kita tidak harus malu untuk datang dan ikut berbahagia.
Ketika diundang ke suatu pesta, kita ingin diundang secara resmi, dan tidak mau menanggapi undangan lewat WA atau telepon. Alasannya, jika ingin dihargai dan dihormati orang lain, ya, alangkah bijak kita menghargai dan menghormati orang lain lebih dulu.
Sederhana, hidup ini sederhana. Tapi sesungguhnya yang membuat sulit itu datang dari pikiran sendiri, karena (maaf) kita egois.
Jika undangan pesta itu membuat kita ribet sendiri, apalagi dengan undangan dari Allah Yang Mahabaik dan anugerahi hidup kita.
Setiap putaran waktu, dari detik ke menit, jam, dan bahkan ke hari kita selalu diundang dan diingatkan Allah, tapi kita tidak acuh dan tidak peduli untuk datang. Bahkan, kendati kita diundang secara resmi lewat adzan atau lonceng gereja, misalnya.
Tidak hanya itu, pengalaman hidup yang berat dan pahit pun tidak membuat kita sadar diri, bahwa kita diingatkan dan dikasihi Allah. Sebaliknya, sering kali kita protes dan menyalahkan, karena Allah meninggalkan kita.
Sekali lagi, hidup ini sederhana untuk disyukuri dan dijalani. Kita tidak harus diribeti dengan pikiran sendiri.
Maaf, jangan pernah berpikir, bahwa kita menanggapi panggilan Allah saat berpulang nanti alias mati. Sesungguhnya kita makin jauh dan memisahkan diri dari-Nya!
Semoga kita makin peka untuk menanggapi undangan pesta dari Allah. Kita kian memantaskan diri dengan berderma, berperilaku baik, dan beramal kasih.
Menghadiri undangan pesta perjamuan dengan Allah itu karunia yang luar biasa dan membahagiakan jiwa!
Mas Redjo / Red-Joss