Mengagumi Warisan Kearifan Adat Budaya – Menulis Kehidupan 249

Foto : Sixto Harson/Pixabay

Dalam setiap komunitas adat budaya, ada warisan kearifannya. Antara lain tentang pengalaman religiositas leluhur, relasi dengan alam lingkungan dan sastra lisan tentang filosofi dan cara pandang membangun relasi terhadap alam.

Dari para leluhur di tanah kelahiranku daerah Flobamora, Propinsi NTT, saya tertarik dan kagum akan sejumlah ungkapan dalam kearifan lokal yang menggambarkan religiositas leluhur, relasi dengan alam dan penghayatan akan panggilan kodrati menjadi pembawa cahaya, pelaku kebaikan dan menjadi berkat bagi sesama. Tanah Timor Loro Sae Nian Laran, artinya tanah Timor matahari terbit membawa cahaya. Timu Matan Lera Gere, matahari terbit dari arah timur, dan masih banyak warisan kearifan dalam tradisi lisan. Saya tuliskan kekaguman itu dalam dua sajak berikut: Dari Rahim Lewotana dan Pesona Bumi Loro Sae

  1. Dari Rahim Lewotana

Lewotana itu
Kampung halamanku
Tumpah darah tanah lahirku
Rahim bagi jiwa ragaku
Desah nafas bermula
Dayak jantung berawal
Dan
Sekarang kusebut Lewotana-ku
Engkau busur saktiku

Aku terpanah mengembara
melesat merobek tirai waktu
berkelana lintas ruang
untuk melukis ada
untuk menggores makna
untuk menulis waktu
pada halaman jumpa
dengan aneka jiwa
di delapan penjuru semesta

Lewotana….
Desah nafas yang kautiupkan
telah membaur dalam udara jagat
Detak jantung yang engkau gerakkan
telah mengalun dalam irama kehidupan
Amanah para leluhur
dari air susu ibu
buka mataku melihat cahaya mentari
Pedang dan perisai yang diwariskan adat melalui ayahku
bekali aku memilah dan memilih
Tarian perang ‘hedung’
jadi semangatku meraih makna cinta

O… rahim Lewotanaku
Engkau busur sakti ajaib
Sang Pemanah asali
telah goreskan misteri
sejarah hadiranya diri ini
jadi anak panah cahaya
melesat membawa sabda makna
menghalau tirai gulita
agar mata jiwa sesama
kagumi mentari bercahaya
lihat pesona purnama
saksikan bintang tertawa
dalam syukur doa sahaja

  1. Pesona Bumi Loro Sae

Disini
di pelataran Tana Timor
kuterpesona pekik heroik
‘Timor Loro Sae, Nia laran’
Pulau Timor matahari terbit, tanah cahaya
Lalu
Kuteringat pekik syair leluhurku
di Lewotana Tadon Adonara
‘Timu matan Lera gere’
dari arah timur matahari terbit
Juga
‘Timu tawa – Lero lema’
Cahaya bersinar matahari terbit

Memori terkuak dalam sukma
jejak langkah di Maluku
ketika berkelana menyapa samudera
Dan saat ke tanah Jawa
berkelana meraih makna
selalu saksikan cahaya
Matahari terbit dari Timur
Ah…..
ini soal kesepakatan arah
yang sudah dibuat sejarah
tentang delapan penjuru mata angin
jadi kompas melihat ruang

Kembali di Bumi Loro Sae
dengan mata Lewotana
Kuyakin saat menulis kata
bahwa
aku mengembara ke semua arah
aku berkelana meraih makna
aku berjalan membawa cinta
bersama segenap manusia
sebagai putra-putri cahaya
sebagai generasi mentari
Anak-anak Sang Maha Cahaya
yang diutus dalam semesta

Aku telah temukan makna
di Bumi Loro Sae
dengan mantra Lewotana-ku
Bahwa
Mentari bersinar lestari
Cahaya membias abadi
Aku pewaris cahaya
harus bisa membawa amanah
menjadi terang dalam gulita
mengukir cinta halau kegelapan
dalam langkah ziarah kehidupan
agar kasih sayang bersemi
agar cinta membias
agar indah pesona harmoni
dalam lagu damai insani

Menggali dan Memahami Warisan Kearifan leluhur – Menulis Kehidupan 224