Sebuah dokumen rahasia tentang rencana CIA ikut campur Pemilu di Indonesia ( foto: Ist/ MintPress Media)
Sebuah dokumen rahasia yang dikirimkan secara anonim ke media MintPress News ( https://www.mintpressnews.com/ ) mengungkapkan bahwa National Endowment for Democracy (NED), sebuah tangan kanan CIA, sedang meletakkan dasar bagi revolusi warna di Indonesia.
Revolusi warna adalah kemungkinan istilah yang sering digunakan atas operasi yang dilakukan AS untuk membangun demokrasi liberal di Negara lain. Termasuk dengan menggulingkan rezim. Istilah ini sekarang bisa diwaspadai sebagai “warna darah” ( berdarah-darah).
CIA telah mulai beroperasi di sini menjelang Pemilu. Mereka mendekati beberapa tokoh politik, tokoh-tokoh masyarakat dan LSM terutama kelompok buruh dengan menggelontorkan dana untuk membuat kacau Pemilu. Isu-isu sentral seperti “ copot Jokowi, gulingkan Jokowi, Jokowi turun, Jokowi pemimpin yang culas, Jokowi melakukan praktek polisik dinasti serta menjungkirbalikkan nama baik Jokowi, mulai digulirkan.
Ini semua dilakukan agar presiden Indonesia kelak, jangan jatuh di tangan Prabowo-Gibran yang didukung Jokowi. Melainkan capres yang diinginkan pihak luar Indonesia. Harapan mereka, pemimpin boneka ini mudah disetir demi kepentingan negara lain. Seperti halnya Soeharto dulu.
Peristiwa 1965
Pada tahun 1965, menurut MintPress News, Soekarno adalah Presiden yang berani mengatakan dengan tegas menolak campur tangan asing di Indonesia. Kemandirian Indonesia di bawah Presiden Soekarno, berani menentang Amerika dan memiliki program yang membahayakan Amerika karena hubungan erat Soekarno dengan Presiden Rusia.
Kedekatan Presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchevsangat kental. Keduanya direpresentasikan sebagai persahabatan Jakarta – Moskow. Amerika tidak senang Soekarno dekat Rusia yang menjadi musuh bebuyutan Amerika.
Presiden Soekarno lalu digulingkan dalam kudeta militer berlumuran darah yang disponsori CIA dan MI6 pada tahun 1965, menurut MintPress News. Digulingkannya Soekarno mengawali 30 tahun kediktatoran militer tangan besi yang dipimpin Jenderal Suharto. Lebih dari satu juta orang terbunuh melalui pembantaian bermotif politik, eksekusi, pemenjaraan sewenang-wenang, dan penindasan yang kejam.
Apa yang dilakukan Amerika melalui CIA ini bisa jadi “ pembersihan” berdarah-darah secara massal terburuk abad ke-20. Indonesia harus belajar dari peristiwa mengerikan itu dan mewaspadai kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di Indonesia. ( Bersambung)
MS Berdasar sumber MintPress Media