Diangkat dari kisah nyata, disebut-sebut sebagai salah satu miniseri terbaik sepanjang masa, ternyata mengalami masalah khas ‘ketimpangan’ kisah nyata. Tim penulis dianggap gagal menampilkan salah satu karakter sesuai aslinya.
Oleh AYU SULISTYOWATI
MEMPRODUKSI film berdasar kisah nyata terbukti tak gampang. Bukan hanya perlu riset yang mendalam untuk mengadaptasi menjadi fiksi yang tidak ‘lari’ dari cerita aslinya. namun juga bagaimana menciptakan karakter-karakter tadi sesuai tokoh aslinya. Dan bukannya tak mungkin si tokoh asli yang tak puas dengan penggambaran dirinya dalam film akan menuntut. Ini yang tengah terjadi pada When They See Us.
When They See Us, yang mendapat 16 nominasi Emmy Awards tahun lalu dan disebut-sebut sebagai salah satu miniseri terbaik sepanjang masa, ternyata mengalami masalah khas ‘ketimpangan’ kisah nyata. Tim penulis dianggap gagal menampilkan salah satu karakter sesuai aslinya.
Sang tokoh: Linda Fairstein (diperankan Felicity Huffman), jaksa yang menuntut para tokoh utama di serial ini merasa digambarkan tak sesuai fakta. Akibatnya, kini Fairstein tengah menuntut Ava DuVernay sang kreator, Attica Locke si penulis naskah dan Netflix sebagai produser sekaligus distributor miniseri ini. Fairstein menuduh bahwa penggambaran dirinya dalam miniseri ini adalah fitnah. Ia bukan manusia rasis, atau penjahat tanpa etika seperti yang dihadirkan dalam When They See Us.
Netflix menepis tuduhan Fairstein dengan mengatakan kalau karya mereka ini sudah dilindungi hukum dan undang-undang. Mereka mengatakan kalau filmmakers punya hak untuk mendramatisasi kisah nyata termasuk karakternya.
Namun belum lama ini, tuntutan Fairstein yang sebenarnya telah dilayangkan tahun lalu mendapat lampu hijau. Hakim Distrik A.S. Kevin Castel memang menolak sebagian tuduhan Fairstein, tetapi dia berpendapat bahwa miniseri itu bisa merugikan citra Fairstein. “Fitnah dalam lima adegan,” begitu kata pak hakim. Ini artinya sebentar lagi, Fairstein bisa berhadapan dengan Netflix di pengadilan.
Powerful, Relevan dan Menyakitkan.
Tapi bagaimana When They See Us sebagai tontonan? Di luar masalah atau penggambaran Fairstein, ini adalah mniseri yang powerful, relevan, menyakitkan. When They See Us adalah versi lain dari film dokumenter Central Park Five. Mengisahkan malam jahanam yang mengubah nasib lima remaja kulit hitam yang dicokok paksa oleh polisi setelah seorang perempuan muda diperkosa dan ditinggal sampai sekarat begitu saja di pinggiran Central Park, New York.
Kita diajak kembali malam 19 April 1989, saat puluhan anak muda bersenang-senang dan menggelar pesta di Central Park. Sebelum akhirnya dibubarkan polisi setelah perempuan muda berkulit putih bernama Trisha Melli ditemukan sekarat. Polisi membabi buta mencari siapa pelakunya. Tak mudah karena ada begitu banyak orang malam itu, dari segala ras, dari berbagai kelas.
Empat remaja sial yang jadi tumbal malam itu: Kevin Richardson, Antron McCray, Yuseef Salaam, Raymond Santana Jr yang masih di bawah umur dan Korey Wise yang dianggap sudah dewasa lantaran menjelang 17 tahun dipaksa membuat pengakuan palsu bahwa mereka menyerang Melli dan memperkosanya hingga sekarat. Lugu dan dijanjikan akan dilepaskan bila mengaku, dengan tekanan dan ancaman mereka pun melakukan apa yang diminta polisi. Akibatnya, lima bocah malang itu dijebloskan ke penjara.
Linda Fairstein penulis novel kriminal yang bekerja di unit Sex Crimes – NYC District Attorney menyakinkan polisi kalau apa mereka lakukan sudah tepat, dan lima bocah tadi adalah pelakunya. Sialnya, pengacara yang mewakili kasus ini, Elizabeth Lederer kalah argumen di awal pengadilan.
Tak lama masing-masing mendapat bantuan pengacara. Dan hanya pada para pengacara inilah mereka bisa menggantungkan hidup mereka yang mendadak suram dan tak ada kejelasan. Apalagi hidup di penjara sama sekali tak gampang, terutama bagi Korey yang dimasukkan ke penjara untuk dewasa yang keras.
Kisah beralih ketika mereka sudah menjelang dewasa, saat untuk kesekian kalinya mereka disidang dan akhirnya dilepaskan sekitar tujuh tahun kemudian, pada tahun 1996. Tapi tidak dengan Korey yang masih harus menjalani nasib malangnya di balik jeruji.
Meski begitu, kembali ke dunia bebas tak semudah yang diduga. Masih banyak yang menganggap mereka penjahat dan pemerkosa. Terutama Raymond yang terkejut lantaran harus hidup dengan ibu tiri yang tak suka padanya. Sementara Korey Wise yang merasa hidupnya paling sial, harus dewasa lebih cepat dari usianya… sampai suatu kali seorang napi bernama Matias Reyes mengakui kalau ialah sang pemerkosa!
Kisah nyata ini benar-benar bak drama panjang yang menyakitkan. Sutradara sekalgus kreator Ava DuVernay (Selma) paham betul obyeknya. Dengan bantuan riset yang bagus, terutama karena dokumen dan footage pengadilan kasus ini masih termasuk baru, tim penulis berhasil menghadirkan drama manusia yang menyesakkan dan terasa begitu nyata.
Para aktor, terutama pemeran kelima remaja itu bermain sangat menyakinkan. Kita terbawa emosi oleh akting mereka. Tak mengherankan Jharrel Jerome pemerean Korey Wise dianugerahi Emmy Awards dengan akting all-out-nya. Pemeran Kevin Richardson, Assante Blackk yang berbadan kecil dan bertampang inosen juga membuat hati bergetar setiap kali ia hadir di layar.
Aktor-aktor senior yang tampil di sini juga bermain dengan sangat baik. Dari John Leguizamo, Niecy Nash hingga Joshua Jackson dan Feiicity Huffman semua hadir sesuai porsi dan karakter masing-masing.
Gabungan naskah bagus, akting keren, dan arahan yang pas membuat empat episode miniseri yang bicara soal ketidakadilan dan rasialisme ini bukan hanya dramatis, tapi juga mencekam dan mengaduk-aduk emosi. Ditambah topik yang dihadirkan yang masih sangat relevan di mana-mana, When They See Us benar-benar wajib tonton, terutama bila mengingat jangan-jangan sebentar lagi, miniseri ini tak lagi ditayangkan lantaran dibawa ke pengadilan.
Rating: A-
Genre : Drama, Kisah Nyata
Kreator: Ava DuVernay
Pemain: Asante Blackk, Jharrel Jerome, Ethan Herisse, Caleel Harris, Marquiz Rodriguez, John Leguizamo, Felicity Huffman, Niecy Nash
Produksi: Array Filmworks, Harpo Films
Tayang di: Netflix