Seide.id – Yudha Saputra Wicaksana (24 tahun), Wahyu Khrysna Hermansyah (19 tahun), dan Wasyaveera Keysyha Saputri (12 tahun), ketiga yatim piatu yang kedua orangtuanya meninggal dunia akibat Covid-19, menerima bantuan beasiswa.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno bersama KAHMI Preneur menyerahkan bantuan uang sebesar Rp.25 juta.
Bantuan disampaikan secara simbolis oleh Menparekraf Sandiaga dalam “Silaturahmi Virtual Putra-Putri Yatim Piatu”.
“Atas nama keluarga besar kami dan juga tempat kami bekerja, kami menyampaikan rasa duka. Kami sangat merasakan satu keprihatinan dan kami ingin menyampaikan doa terbaik. Insya Allah bapak dan ibu husnul khotimah diberikan tempat terbaik di sisi allah, dilapangkan kuburnya, diterangi di alam barzah, dan diampuni segala dosa dan diterima amal baiknya,” kata Sandiaga Uno.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut founder KAHMI Preneur, Kamrussamad.
Bersama KAHMI Preneur, Sandiaga Uno sebelumnya juga meluncurkan program bantuan beasiswa untuk anak pedagang kaki lima (PKL) yang terdampak akibat pemberlakukan PPKM Level 4.
Bantuan beasiswa menyasar anak dari PKL yang berstatus pelajar SMP/Tsanawiyah dengan besaran Rp300 ribu perbulan, pelajar SMA/Aliyah sebesar Rp400 ribu perbulan, dan mahasiswa Rp500 ribu perbulan.
Yudha Saputra Wicaksana mewakili kedua adiknya bercerita tentang COVID-19 yang menerpa mereka sekeluarga.
Awalnya, virus COVID-19 menyerang sang ibu pada awal Juli lalu sehingga membuat sang ibu tidak bisa masuk kerja selama satu pekan. Selang tiga hari, gejala seperti pusing, rasa lelah yang mendalam, serta hilangnya indera penciuman dan perasa juga dirasakan oleh Yudha. Kemudian disusul oleh kedua adik dan sang ayah.
“Dan tanggal 4 (Juli) ibu saya meninggal dan seminggu setelahnya disusul bapak,” kata Yudha.
Mereka, kata Yudha, tidak pernah menyangka ditinggal oleh kedua orang tuanya dengan begitu cepat dan dalam waktu yang berdekatan. Terlebih mereka tidak bisa menunaikan kewajiban sebagai anak untuk memakamkan orang tua karena mereka juga tengah menjalani isolasi mandiri di rumah.
“Hanya bisa lihat dari rumah saat dimakamkan. Walaupun saya sudah 24 tahun, tapi kedua adik saya masih sangat membutuhkan kasih sayang orang tua. Rasanya tentu sangat sulit, tidak enak, kehilangan orang tua di umur yang masih sangat muda ini,” kata Yudha yang saat ini tengah kuliah semester akhir di Universitas Brawijaya.
Ia pun menyampaikan pesan agar masyarakat di luar sana untuk benar-benar patuh terhadap protokol kesehatan serta vaksinasi agar dapat terhindar dari COVID-19.
“Kehilangan orang yang dicintai itu tidak enak, sangat sedih,” kata Yudha. hw