Arogansi Itu Permalukan Diri

Seide.id – Saya prihatin-seprihatinnya, karena banyak orang mudah sekali tersulut emosi. Mereka pamer arogansi. Tak peduli salah, tapi mereka merasa paling benar sendiri.

Coba lihat dan amati berita yang bersiliweran di medsos itu.

Oknum berperilaku koboi hendak menyalip mobil lewat lajur sebelah kiri sambil menodongkan pistol. Ada juga oknum yang tidak terima ditegur, lalu melepaskan tembakan hingga lukai orang.

Oknum ASN menendang sepeda motor seorang pengendara wanita hingga terjatuh. Dan banyak contoh lainnya.

Saya lalu bertanya-tanya, kenapa banyak orang mudah tersulut emosi dan pamer arogansi. Bisa jadi mereka banyak pekerjaan di kantor, masalah di rumah, atau usaha yang dililit hutang dan nyaris bangkrut. Beban hidup mereka teramat berat, dan stres. Mereka lalu mencari pelampiasan pada orang lain.

Ketika orang lebih mengedepankan kemarahan daripada musyawarah berarti orang itu mentalnya tidak stabil dan lemah. Mereka tidak mampu mengatur emosi, perilaku, dan kendalikan diri. Sehingga pamer arogansi dan permalukan diri.

Setiap orang itu tentu mempunyai masalah. Berat, ringan, dan sulitnya suatu masalah itu ditentukan oleh kita sendiri untuk mengelola dan menyelesaikannya. Sungguh suatu tindakan tercela, jika amarah itu dilampiaskan pada keluarga, lebih-lebih pada orang lain.

Coba untuk direnungkan. Ketika kita melampiaskan emosi itu yang rugi, malu hati, dan menyesal adalah kita sendiri.

Kita harus bertanggung jawab pada institusi, kantor, keluarga, orang lain, dan bahkan kita bisa dihadapkan pada hukum.

Masalah, apa pun masalahnya itu harus dikelola dengan baik dan diatasi.

Jangan bilang, ada masalah itu manusiawi untuk pembenaran diri, karena kita banyak kekurangan dan kelemahan. Sebab hal itu membuat kita makin lemah, ringkih, dan tidak berdaya.

Resep untuk mengatasi masalah itu juga tidak berat dan sulit. Prioritas pertama dan utama adalah kita harus berani memaafkan dan mengampuni orang lain. Tanpa kerendahan hati, seringan apapun masalah itu terasa berat dan bebani jiwa. Sehingga kita jadi tertekan, stres, dan uring-uringan sendiri.

Penting juga untuk direnungkan, konflik keluarga hingga menuju ke jurang perceraian itu, sumbernya adalah hati kita sulit memaafkan dan mengampuni pasangan.

Berani untuk mendulukan dan fahami kepentingan orang lain, kita meminimalisasi masalah sendiri.

Dengan memberi maaf dan ampunan, hati kita jadi tentram dan damai.

Saatnya, jika kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain, hendaknya kita lebih dulu perlakukan mereka dengan cinta.

Arogansi itu permalukan diri, tapi, dengan mengasihi sesama kita bahagia.
(Mas Redjo)

Miliki Hati Yang Penuh Kebajikan

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang