Bocah itu tak tahu mengapa ia dibuang di tempat sampah semasa masih bayi. Namun menjelang anak-anak, Freddie Figgers meyadari ayah ibu biologisnya memang tak berharap ia lahir di dunia. Ia hanya tahu, bapak ibunya sekarang adalah pasangan Nathan dan Betty Figgers yang memungut dan membesarkannya.
Salah satu sebab ia lebih senang bekerja di saat usianya 9 tahun, karena ia ingin membantu orangtua angkatnya. Ia merasa berhutang budi atas kehidupannya sekarang dan bersuyukur ada orang yang penuh cinta kasih,
Sejak belia ia menunjukkan bakat alamiahnya. Satu-satunya yang bisa ia kerjakan adalah memperbaiki komputer dan mengotak-atik perangkat canggih ini.
Di usia muda itu ia memiliki 4 hak paten dan menjadi pemimpin perusahaan telekomunikasi termuda. Salah satu dan paten pertama dari 4 paten internasional yang ia ciptakan, terinspirsi oleh kondisi orangtuanya. Saat umur 15 tahun, ia menyadari orangtuanya menderita penyakit alzheimer hingga sulit diketahui keberadaannya. Gampang pergi sulit pulang.
GPS Alzheimer Untuk Sang Ayah
Ia lalu menciptakan aplikasi dan sistem GPS untuk melacak seseorang melalui sepatunya. Jika ayahnya pergi tiba-tiba, Freddy menelpon dan bertanya keberadaan sang ayah. Ayahnya, kemudian melihat ke arah sepatu. Dengan cara itu Freddy atau pemakai GPS lain dibimbing melalui jalan dan arah menuju orang atau tempat yang dituju. Itulah alat pelacak GPS yang berhasil ia ciptakan demi sang ayah, dan membuatnya kaya.
Sebuah perusahaan tertarik program Freddie ini dan membelinya seharga Rp 22 miliar saat keduanya bertemua di Kansas. Perusahaan yanga tak menyangka program ini lahir dari tangan anak muda usia 15 tahun. Dari uang itu, Freddie membuat perusahaan bernama Figgers Communication untuk menghormati orangtuanya.
Melalui perusahaan yang ia dirikan sejak usia 15 tahun, Freddie memiliki portfpolio kekayaan perusahaannya sebesar Rp 945 miliar. Di usia 24 tahun, Freddie berhasil menciptakan 80 software yang sangata dibutuhkan banyak perusahaan masa kini.
Selain bangga sebagai CEO atas perusahaannya sendiri, Freddie sering terlihat membantu orang-orang tua dan mendanai jaminan rumah ornagtua yang nyaris disita oleh bank karena persoalan pinjaman dan ekonomi. Dengan caranya ini, Freddie tak hanya membalas budi orangtuanya, tapi juga orang-orangatua sekitarnya.
Entah, bagaimana perasaan orangtua, terutama ibunya yang telah membuangnya di sampah. Dari sampah itu, muncul mutiara dunia.
MS Dari berbagai sumber media online dan instagram Freddie Figgers.
BACA JUGA
Investor Muda Tak Peduli Harga Aset Kripto Jatuh Mereka Terpikat Pada Teknologi Cryptocurrency