Bendera Taliban dan Afghanistan Berdampingan di Pertandingan Kriket

TALIBAN

Bendera Taliban dan Afghanistan berkibar di stadion Kabul

Oleh ICAD N.G.

Seide.id – Stadion Kriket di Kabul, Afghanistan, dipenuhi penonton yang ingin menyaksikan pertandingan uji coba pada Jumat lalu (3/9/21). Dalam pertandingan tersebut terlihat bendera Taliban dan Afghanistan berdampingan, yang oleh organisasi olahraga disebut sebagai pertandingan persatuan nasional.

Pertandingan itu pertama kali diselenggarakan sejak Taliban berkuasa di Afghanistan. Di tengah kebimbangan organisasi olahraga dan acara kebudayaan yang bertanya-tanya nasib mereka di bawah hukum Islam garis keras yang berlaku.

Dua tim yang mengikuti pertandingan adalah Peace Defenders dan Peace Heroes. Banyak anggota dari kedua tim tersebut  merupakan bagian dari tim Nasional Kriket Afghanistan yang saat ini sedang berlatih untuk mengikuti piala dunia Twenty20 yang akan diselenggarakan di Oman (17/10/21).

“Sangat menyenangkan berada di sini dan menonton kriket,” kata seorang komandan Taliban bernama Hamza, kepada AFP di stadion Kabul.

Hamza, bertanggung jawab atas pejuang Taliban yang menjaga kerumununan. Di samping itu, terlihat beberapa pejuang Taliban begitu fokus menonton pertandingan. “Saya sendiri adalah pemain,” kata Hamza.

Lebih dari 40.000 penonton laki-laki menyaksikan pertandingan Kriket

Pemain dan Penonton Hanya Laki-Laki

Kembalinya Taliban telah menciptakan ketakutan yang menyebar di Afghanistan dan di komunitas internasional. Berkuasanya Taliban membawa ingatan kembali tentang kerasnya rezim mereka pada tahun 1996-2001, yakni ketika mereka memberlakukan hukum islam versi garis keras.

Pada saat itu, rezim melarang berbagai bentuk hiburan,  termasuk banyak olahraga, Stadion juga digunakan sebagai tempat eksekusi publik. Olahraga yang diperbolehkan Taliban diawasi dengan ketat. Hanya laki-laki yang diperbolehkan menjadi pemain atau penonton.

Pada hari Jumat lalu, tidak ada perempuan yang menghadiri pertandingan kriket tersebut. Akan tetapi para penonton serta pemain terlihat begitu antusias. Jumlah penonton diperkirakan mencapai 4.000 orang.

Banyaknya penonton tentu tak terlepas dari sejarah kriket di Afghanistan. Kriket baru dikenal di Afghanistan pada awal tahun 2000-an. Popularitas kriket tak dapat dilepaskan dari konflik politik. Pengetahuan tentang permainan kriket diambil di Pakistan oleh para pengungsi Afghanistan yang kemudian dilestarikan di negara asalnya.

Tim nasional kriket Afghanistan sangat menikmati kebangkitan mereka diajang internasional. Tim nasional Afghanistan pernah meraih Coveted Test Status pada tahun 2017 dan saat ini berada di peringkat 10 besar dunia , dalam format one-day dan Twenty20.

Oah Raga kriket sebagai lambang persatuan antaretnis di Afghanistan

Kriket Simbol Persatuan

Dalam 20 tahun terakhir kriket telah menjadi simbol yang kuat bagi persatuan nasional di Afghanistan yang terpecah karena perang sipil dan konflik etnis. Itulah barangkali yang membuat pada Jumat kemarin para penggemar mengibarkan bendera Afghanistan dan Taliban berdampingan satu sama lain. Sosok Baba Cricket, seorang penggemar berat kriket berusia lanjut yang dari ujung rambut hingga kaki berwarna bendera nasional Afghanistan. Kehadirannya yang mencolok terlihat begitu kontras dalam kerumunan penonton.

Tidak ada tiket masuk dalam pertandingan kriket yang berlangsung. Sebelum memasuki stadion, penonton harus digeledah terlebih dahulu oleh pejuang Taliban,

Stadion kriket berada di kawasan Chaman Uzuri, sebuah daerah yang didominasi oleh etnis Pashtuns, kelompok etnis terbesar di Afghanistan. Mayoritas anggota Taliban berasal dari etnis tersebut.

“Kehadiran bendera- Taliban dan Afghanistan dalam pertandingan kriket tersebut merupakan tanda positif. Ini adalah persatuan,” kata Hamid Shinwari, CEO Afghanistan Cricket Board, kepada AFP.

Kecemasan Membayangi Tim Kriket Wanita

Untuk saat ini, tim kriket laki-laki Afghanistan sedang tidak dalam ancaman. Tapi, di sisi lain, nasib tim kriket wanita Afghanistan kini mengalami ketidakpastian. Beberapa sumber mengatakan banyak anggota tim wanita yang sudah melarikan diri dari Afghanistan atau sedang dalam persembunyian.Dibayangi rasa cemas dan khawatir dengan nasib mereka di bawah rezim yang baru.

“Kami memiliki grup WhatsApp. Setiap malam kami membicarakan tentang permasalahan kami dan saling membagi rencana tentang apa yang harus dilakukan saat ini. Kami semua merasa tak tertolong, ” kata seorang anggota tim kriket wanita kepada BBC.*

*Icad N.G., mahasiswa FIB Universitas Indonesia

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.