Rusia untung besar dari minyak di saat perang. Aset kripto dikenal saat perang. Ukrania banyak melakukan ekspor gula dan biji-bijian saat perang. Bahkan sempat bikin NFT Sejarah Ukrania. Saat perang, mereka menembakkan peluru, melontarkan roket dan bom sambil memegang kalkulator. ( Foto: Bisnis.com)
Perang itu tidak sekedar menyerang dan mempertahankan serangan musuh. Tak hanya menaklukkan lawan atau menguasai wilayah. Perang itu menguntungkan secara ekonomi bagi beberapa negara yang terlibat di dalamnya. Perang sendiri tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas ekonomi. Perang justru akan menimbulkan potensi ekonomi baru yang dapat dimanfaatkan oleh sejumlah negara.
Rusia Untung Besar
Saat perang, minyak Rusia diembargo negara pro Amerika, dengan harapan Rusia akan kehabisan amunisi. Rusia tak kalah cerdik. Ia menjual minyak mentah yang saat itu haraganya tinggi ke Asia dengan harga murah. Akibatnya, Rusia untung Rp 89 triliun per hari. Ini belum termasuk gas alam dan batubara yang harganya gila-gilaan. Rusia untung besar.
Mata uang Rusia, rebel justru menguat di saat perang, meski negara barat memusuhi rebel Rusia. Ukraniapun di saat perang, juga melakukan ekspor besar-bearan komoditas gula, biji-bijian serta minyak. Indonesia juga diuntungkan karena nilai ekspor batubara dan beberapa komoditas naik tinggi. Belum negara lain seperti Amerika yang untung dari persenjataan yang dijual ke Ukrania. Ini rahasia yang sudah diketahui banyak orang.
Melihat perang Rusia-Ukrania sebagai potensi pendapatan tambahan ekonomi, perang yang sudah berjalan 6 bulan ini rasanya akan semakin panjang dan lama. Perang akan berhenti ketika para pelaku tidak memperoleh keuntungan ekonomi. Ini ibarat pedagang. Mereka menembakkan peluru, roket dan bom sambil membawa kalkulator. Sebuah kebiadaban di tengah peradaban modern.
Namun tak selalu negara untung di dalam perang. Amerika contohnya.
Perang Usai 9/11 Rugi Besar
Pasca peristiwa 9/11 di Timur Tengah dan Asia, Amerika Serikat mengeluarkan dana mencapai ratusan triliun. Perang Dunia 1 terjadi antara Juli 1914 hingga 11 November 1918. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia yang terbagi menjadi dua aliansi, Sekutu (Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia) Pada akhir perang, lebih dari 17 juta orang terbunuh. Perang Dunia I juga memakan biaya besar. Amerika Serikat mengeluarkan dana sekitar USD 334 miliar atau Rp4,705 triliun.
Perang Dunia Rugi
Menurut data Layanan Penelitian Kongres AS, Perang Dunia II menelan biaya USD 4,1 triliun atau Rp57,759 triliun. Untuk membantu membiayai perang, pajak penghasilan Amerika dinaikan ke tingkat tertinggi dalam sejarah. Untuk tahun 1944 dan 1945, jumlah pendapatan AS di atas USD 200.000 atau Rp2 miliar, dikenakan pajak dengan tarif pajak marjinal sebesar 94 persen. Usai perang, pajak diturunkan kembali. Artinys, rakyata Amerika yagn membauar pajak, ikut membeayai Amerika perang ke berbagai tempat di luar wilayahnya.
Perang Korea Rugi
Dua negara besar, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam Perang Korea. Amerika Serikat mendukung Korea Selatan dan Uni Soviet mendukung Korea Utara. Perang Korea terjadi karena dua wilayah Korea yakni Selatan dan Utara usai Perang Dunia II ‘diduduki’ oleh dua negara adidaya. Korea Selatan condong ke Amerika Serikat, sementara Korea Utara lebih ke Uni Soviet dengan ideologi komunisnya.
Perang ini dimulai pada 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Amerika Serikat mengeluarkan dana hingga Rp 5.115 triliun untuk membiayai perang ini.
Perang Vietnam
Perang Vietnam adalah kampanye militer yang diluncurkan oleh Vietnam Utara melawan Vietnam Selatan. Perang saudara Vietnam dimulai pada tahun 1959. Amerika Serikat mendukung Vietnam Selatan, sementara Cina dan Uni Soviet mendukung Vietnam Utara. Amerika Serikat mengeluarkan dana lebih dari USD 141 miliar atau Rp1,985 triliun di Vietnam Selatan pada tahun 1961 sampai perang usai.
Perang Teluk
Perang Teluk Persia terjadi pada 1990-1991. Menanggapi invasi Irak ke Kuwait pada Agustus 1990, Amerika Serikat dan negara-negara lain meluncurkan operasi militer yang dikenal sebagai Operation Desert Shield dan Operation Desert Storm. Kuwait kerepotan melawan Irak. Kuwait meminta bantuan Amerika Serikat. Dalam Perang Teluk, Amerika Serikat mengeluarkan dana sebanyak USD 102 miliar atau Rp1,436 triliun.
Pemerintah Amerika rugi dilihat dari sejarah berbagai perang. Namun pejabat dan pribadi orang Amerika, selalu untung dari bisnis perang ini. Baik dari hasil jual beli senjata, jual data maupun transaksi ilegal lain di tengah perang berkecamuk. Dimanapun.
MS Dari berbagai sumber dalam dan luar negeri Foto
BACAAN LAIN
Dampak Perang Rusia Ukrania, Belanja Semakin Mahal di Berbagai Negara