Di Tengah Pandemi, Festival Film Wartawan Hidup Lagi

Penggagas FFWI bersama Direktur Perfilman, musik dan Media baru Dirjen Kebudayaan, kementerian pendidikan, kebudayaan, Riset dan tehnologi, Ahmad Mahendra. (Foto Humas FFWI 2021)

Seide.id  — Gagasan untuk menyelenggarakan festival film yang menjadikan wartawan sebagai juri dan penyelenggaranya ala Golden Globe di Hollywood,  tak pernah padam. Setelah vakum selama empat tahun, festival film ala wartawan hidup kembali tahun 2021 ini.

Jurnalis senior yang juga pengacara dan pakar hukum pers, Wina Armada Sukardi, memimpin Tim Tujuh yang menggagas kembali festival film wartawan 2021 ini.

Sebelumnya, Wina dan sineas Adisoerya Abdi juga menyelenggarakan dua kali festival sejenis dengan nama Usmar Ismail Award (UIA) pada Maret 2016 dan Maret 2017 lalu..

Tim Tujuh yang diketuai Wina Armada SA menyebut festival dengan Festival Film Wartawan Indonesia, (FFWI)  sekaligus menyebut penyelenggaraannya di tahun 2021 ini merupkan yang ke-11  (FFWI XI), karena masih ada kesinambungan dari festival film wartawan yang sudah ada di Indonesia, selama ini. 

Keterlibatan wartawan dalam dunia perfilman Indonesia sudah berlangsung  sama usianya dengan sejarah perfilman Indonesia itu sendiri. 

Pada awal lahir dan tumbuhnya perfilman Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari peran  wartawan. 

Bahkan lahirnya “Film Indonesia” pertama, dalam artian seluruh pekerjanya orang Indonesia, dipelopori oleh H. Usmar Ismail, yang notabene seorang wartawan. 

Sebelum dan sesudahnya pun  banyak wartawan tampil, baik sebagai penulis cerita, pemain, maupun sekaligus sebagai pewarta berita-berita film. 

Begitu pula dalam penyelenggaraan festival film di Indonesia, bukan hal baru untuk para wartawan. 

Tak Terpisahkan

Sejak Festival Film Indonesia (FFI) pertama tahun 1955, wartawan sudah ikut bahu membahu dengan para insan film menyelenggarakan festival tahunan itu. Sehingga sejatinya wartawan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan festival film di Indonesia. 

Tetapi penyelenggaraan festival film oleh juri yang seluruh wartawan, antara lain, baru tercatat pada tahun 1970 manakala PWI menyelenggarakan Pemilihan The Best Actor dan The Best Actress selama enam tahun berturut-turut.  

Kemudian ada Festival Film Jakarta yang diadakan oleh dua tabloid yang berbeda dengan juri para wartawan film, masing-masing pada tahun 2006 dan 2007. Tradisi itu berlanjut pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan nama Usmar Ismail Awards (UIA). 

“Nah, semangat dan ‘roh’ penyelenggaraan festival film oleh wartawan itulah yang kemudian kami adopsi dan kami jadikan bagian dari sejarah tak terpisahkan dalam penyelenggaraan festival film oleh wartawan, termasuk penghormatan kami kepada para pendahulu wartawan yang telah melaksanakan festival film oleh para wartawan,” kata jurnalis Wina Armada Sukardi.

Dalam gelaran tahun ini, Tim Tujuh  mendapatkan sokongan penuh dari Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Kemendikbud Ristek RI, mempertegas nama “wartawan” sebagai pelaksanaan festival. Itulah yang membuat nama festival ini Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI). 

Pendekaran Wartawan

Untuk itu, kreteria penjurian dalam  FFWI  terutama diarahkan kepada “dimensi pendekatan wartawan,” dengan tetap sangat memperhatikan aspek-aspek mutu teknis senematografis dan atau elemen-elemen filmis. 

Sebagaimana UIA,  seluruh Anggota Dewan Juri dalam FFWI adalah mereka yang memiliki latar belakang wartawan, terutama wartawan bidang kebudayaan, lebih khusus wartawan perfilman. 

Dengan Dewan Juri yang seluruhnya wartawan, FFWI  memakai kriteria yang lebih mengutamakan aspek-aspek kontekstual atau memiliki relevansi dengan potret, problematik dan solusi sosial kebangsaan Indonesia, dengan tetap sangat memperhatikan mutu aspek-aspek sinematografis atau elemen-elemen filmis, baik secara keseluruhan maupun bagian per bagiannya. 

Menyadari bahwa para wartawan tidak menguasai teknis detail elemen-elemen tertentu dari film, dengan lapang dada, pada item-item itu tidak dimasukkan sebagai kategori penilaian. Tidak semua 14 atau 17 unsur perfilman dinilai dalam FFWI. 
“FFWI fokus memberikan kesempatan kepada berbagai jenis atau genre film untuk dinilai secara mandiri, ” kata Wina.

Setiap genre yang memenuhi minimal jumlah peserta tertentu, film itu dinilai sesuai genrenya.

Film film yang dinilai adalah  film-film yang telah ditayangkan di bioskop umum di seluruh Indonesia dalam tenggang waktu per tanggal 1 September 2020 s/d 30 September 2021. 

FFWI juga menilai film-film yang telah ditayangkan di OTT atau Over The Top.  
FFWI  akan dihelat pada 28 Oktober 2021, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Dan FFWI dimaksudkan sebagai Golden Globe-nya Indonesia. – dms

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.