Foto: Dan Lok
Serius?! Tidak ada yang mustahil. Segala sesuatu bisa saja terjadi.
Tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan alias ndilalah. Yang pasti, kepastian itu milik Allah yang Maha Pencipta.
Sekiranya ada orang bijak yang ditolak oleh lingkungan atau keluarga sendiri, kita juga tidak perlu kaget, gumun, atau penasaran. Lebih baik, jika hal itu menjadi bahan renungan bersama.
Coba tengok keluarga kita sendiri. Ketika ada sebagian dari anak yang lebih mempercayai orang lain, ketimbang kepada kita sebagai orangtuanya berarti ada yang keliru dan kurang beres.
Saatnya kita saling mawas diri dan membuka hati. Kenapa anak sibuk di luaran dan mencari sosok orang yang dipercaya, ketimbang pada orangtua sendiri.
Bisa jadi anak tidak dekat dengan kita, karena kita sibuk bekerja mencari nafkah. Kita sekadar memenuhi kebutuhan lahiriah anak ketimbang rohaninya.
Kita biasa mengatur, mendikte, dan menuntut anak untuk jadi yang terbaik. Kita emosian, sehingga anak jadi takut pada kita, tidak nyaman dan tidak betah di rumah.
Padahal, kedekatan hubungan dalam keluarga itu harus dibangun sejak pacaran, menikah hingga beranak pinak. Membangun hubungan itu tidak dengan pikiran atau perasaan, melainkan dengan hati.
Kebiasaan-kebiasaan baik itu bakal direkam oleh jiwa polos anak. Kita memberi contoh bukan lewat kata-kata, melainkan dengan keteladanan dan bukti nyata. Seia-sekata dengan perbuatan.
Kebersamaan dalam keluarga itu harus menjadi kebiasaan baik untuk melepas sekat (jarak) agar hubungan kita dan anak semakin dekat dan akrab bagai sahabat.
Bersikap jujur, terbuka, berani berterus terang dan belajar untuk saling memahami satu dengan yang lain.
Sebagai orangtua, kita juga harus berani memberi contoh untuk meminta maaf pada anak, jika kita berbuat salah.
“Tolong, maaf, dan terima kasih,” adalah kata-kata sakti yang menjadi dasar kedekatan hubungan harmonis keluarga.
Semoga dengan berhasilnya kita membangun keluarga yang rukun, sejahtera, dan bahagia mampu memberi oase di tengah kegersangan jiwa keluarga yang individualistis.