Facebook Digugat Setelah Memberikan Data Pengguna ke Netflix

Facebook digugat telah memberikan data pengguna ke Netflik

Kini semakin terbuka, data pengguna medsos dimanfaatkan untuk kekayaan pebisnis raksasa (Foto: CoPilot, Seide)

Dua perusahaan besar di Silicon Valley, Facebook dan Netflix, digugat karena melalui perusahaan induknya, Meta, Facebook telah sengaja memberikan data penggunanya kepada Netflix. Meta memberi izin kepada Netflix untuk mengintip DM di Netflix. 

Tak heran Facebook melakukan itu lantaran Ketua Netflix, Reed Hasting merupakan anggota dewan direksi Facebook. Netflix dan Facebook memiiki hubungan khusus, namun tak etis jika Facebook memanfaatkan data tanpa seizin pemilik data dalam hal ini pengguna Facebook.

Izin Mengintip 

Tindakan “ mengintip data” ini telah berlangsung selama satu dekade, seperti info yang telah dibeberkan di pengadilan sejak April lalu dan dibuka kembali pada akhir Maret kemarin, sebagai bagian dari gugatan anti-trust terhadap Meta. 

Gugatan class action ini diajukan oleh warga negara AS, Maximilian Klein dan Sarah Grabert. Keduanya menuduh Netflix dan Facebook ‘menikmati hubungan khusus’, dengan platform media sosial tersebut dengan memberikan situs streaming tersebut sebuah ‘akses khusus’ ke data pengguna.

Sejak tahun 2011 model penargetan melalui data ini dilakukan berkat hubungan pribadi antara pendiri Netflix, Reed Hasting dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg.

Menurut DailyMail, pengacara penggugat menuduh dalam rentang sebulan usai Hastings bergabung dengan dewan direksi facebook, kedua perusahaan  raksasa ini menandatangani perjanjian ‘Inbox API’ (Application Programming Interface) yang ‘mengizinkan akses terprogram Netflix ke kotak masuk pesan pribadi pengguna Facebook.’

Untuk diketahui, API adalah perangkat lunak yang memungkinkan berbagai aplikasi berkomunikasi dan berbagi informasi. Sementara data seperti nama lengkap, nomor telepon, lokasi, dan tanggal lahir pengguna yang menggunakan platform ini antara tahun 2018 dan 2019 dibocorkan secara online. 

Kasus Cambridge

Meta pernah setuju membayar Rp 11,3 triliun untuk menyelesaikan kasus pelanggaran keamanan terkait Cambridge Analytica, perusahaan rekayasa media sosial Inggris yang menjadi pusat perhatian setelah perannya dalam pemungutan suara Brexit dan pemilihan presiden tahun 2016 terungkap.

Perusahaan data tersebut, yang sebagian besar dimiliki oleh miliarder Robert Mercer, memperoleh data Facebook secara tidak benar untuk membangun profil jutaan pemilih, yang kemudian digunakan untuk mempengaruhi pemilu di seluruh dunia. Data yang dimanfaatkan konon berjumlah 87 juta pengguna Facebook melalui proyek yang disebut Cambridge Analytic yang pernah menghebohkan itu. 

Dalam kasus Cambridge Analytic, beberapa perusahaan Silicon Valley juga tersangkut dalam skandal tersebut. Perusahaan milik miliarder Peter Thiel, Palantir, diduga membantu Cambridge Analytica mengumpulkan data.

Dua penggugat utama dalam kasus class action Netflix-Facebook melalui Meta ini mengatakan bahwa ‘sejak skandal Cambridge Analytica pecah pada tahun 2018 dan mengungkap kurangnya perlindungan privasi dan praktik privasi data berkualitas rendah di Facebook’, tidak satu pun dari mereka mempercayai platform tersebut dan ingin menuntut untuk memastikan bahwa privasi orang lain dihormati.

Meta 

Sejak Facebook berganti menjadi perusahaan Meta, banyak masalah terjadi. Meta dituntut karena menggunakan merk Meta yang talah ada yang merupakan perusahaan seni virtual. 

Pada tahun 2022, Irlandia mendenda Meta Rp 4,4 Triliun  setelah data sekitar setengah miliar pengguna bocor secara online.

Tahun  2021, Meta juga dituntut karena flatform facebok tidak bisa melindungi diri dipakai untuk perdagangan manusia dan seks. Meta juga  menghadapi ratusan tuntutan hukum dari keluarga remaja dan anak-anak yang mengaku menderita masalah kesehatan mental akibat kecanduan Facebook serta Instagram.

Tiga puluh tiga negara bagian di Amerika Serikat pernah menggugat Meta Platforms Inc., menuduhnya merusak kesehatan jiwa generasi muda melalui sifat adiktif dari platform media sosial mereka.

Sebanyak 83 media Spanyol juga pernah mengajukan tuntutan hukum sebesar 550 juta euro (US$ 600 juta) atau sekitar Rp 9,3 triliun terhadap Meta dengan alasan adanya praktik persaingan yang tidak sehat di pasar periklanan.

Meta juga tersangkut permasalahan hukum karena hak cipta dari penulis terkenal seperti Sarah Silverman dan Michael Chabon. Kedua penulis itu menduga dan menuntut Meta telah menggunakan ribuan buku yang memiliki hak cipta tanpa izin untuk melatih model bahasa artificial intelligence (AI)  atau kecerdasan buatannya, Llama.

Kasus lain, Meta digugat oleh sebuah aplikasi bernama Phhhoto. Meta digugat dengan tuduhan antimonopoli. Phhhoto mengatakan perusahaan yang dibesut Mark Zuckerberg itu berpura-pura tertarik untuk bekerja sama. Namun ujungnya meniru fitur-fitur orisinil Phhhoto tanpa izin dan tanpa ada kerja sama antara kedua belah pihak.

Meta juga dihadapkan dengan gugatan pelanggaran privaci di Spanyol dengan klaim ganti rugi kompetisi senilai Rp 9,3 triliun oleh pemilik media setempat. Sejumlah pemilik media di Spanyol yang menggugat Meta, di antaranya AMI, asosiasi pemilik surat kabar yang lebih dari 80 anggotanya termasuk penerbit. Mereka tersebar di surat kabar El País, ABC dan La Vanguardia. Gugatan Meta oleh AMI bermula dari ketidakpatuhan sistematis yang dilakukan oleh Meta terhadap Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) di Uni Eropa.

Beberapa warga Indonesia juga awalnya akan menuntut Facebook melalui Meta karena telah ceroboh menjadikan beberapa pengguna facebook sebagai “ telah meninggal” sehingga merugikan mereka yang masih hidup. Saat persiapan tuntutan, entah dapar bocoran dari mana, facebook kemudian “ menghidupkan kembali” akun-akun yang telah dianggap meninggal. 

Dalam bisnis, yang besar dan terbuka, biasanya mengundang masalah bagi yang lain, terlebih yang besar sering melanggarnya. 

Facebook Pay Berganti Nama Menjadi Meta Pay

Meta Kehilangan 55 triliun lagi Tapi Optimis pada Kacamata Pintar AI

Meta Didenda 4 Triliun Karena Tak Mampu Melindungi 500 Juta Pengguna WhatsApps

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.