Sejak dicalonkan sebagai Capres dari PDIP, Ganjar terlalu PD diusung Partai raksasa yang selalu menang setiap pemilu. (Foto: IS)
Namamya Goliat. Asal Gat. Tinggi enam hasta sejengkal, menurut Kitab Suci. Menurut tukang bangunan tetangga sebekah,, tinggi orang ini kira-kira 3,2 M. Itulah manusia raksasa bernama Goliat. Sementara Daud, anak lelaki bertubuh mungil dan wajah kemerah-merahan karena sengatan matahari setiap ia menggembala domba.
Oleh sang ayah, Isai, Daud diminta mengirim gandum kepada kakaknya yang sedang bertempur melawan tentara Filistin. Di medan itu, Daud bertemu dengan Goliat sang raksasa dari Filistin yang senang menghina musuhnya dan menantang semua orang hingga mereka kalah. Daud yang tak suka melihat kesombongan sang raksasa, mencari batu runcing dan menantang Goliat. Goliat meremehkan mahluk mungil ini,, namun tetap melayani dengan pedangnya.
Daud fokus untuk mengalahkan Goliat, lalu melemparkan batu runcing itu melalui katapel dan mengenai kepala Golait yang langsung ambruk seketiga. Tidak secepat ini sebenarnya Goliat mudah jatuh, namun keterkejutan Goliat bisa kalah melawan mahluk mungil itu, mempercepat kejatuhan Goliat.
Baru saja, kita menyaksikan calon dari partai raksasa pemilu 2024, Ganjar Paranowo, tersungkur di bawah peserta paling kecil dari partai yang tak diunggulkan, Gibran Rakabuming. Ganjar yang didukung partai besarPDI-P, menjadi besar kepala sehingga ia sangat yakin akan melahap musuh-musuhnya. Apalagi, sebelum bertanding, salah satu pesereta telah setuju bergabung untuk mengalahkan peserta Nomor 2 jika terjadi 2 putaran.
Ini membuat Ganjar yang diorbitkan Jokowi, justru menyerang pemerintah dan Jokowi sejak awal kampanye. Ganjar yang tadinya disingkirkan Puan, menjadi anak emas PDIP dan merasa dirinya digdaya. Muncul kesombongan dan kecongkakan. Jokowi dilawan. Borok-borok yang entah benar atau tidak dibuat narasi seakan Jokowi berengsek dan pemerintah lembek.
Banyak yang lupa bahwa Jokowi yang akan pensiun punya Daud yang mungil dan lucu bernama Gibran. Gibran memanfaatkan lawan-lawannya yang sibuk menyindir Jokowi, fokus pada program-program keraykatan, tak perduli orang merendahkan mereka.
Tak perlu pengamat politik canggih untuk menentukan siapa yang akan menang dari ketiganya. Saat-saat terakhir, Prabowo dan Gibran telah memperbesar volume resonansi yang membuati sekitarnya bergetar dengan irama positif.
Prabowo mulai tampak humble saat diwawancarai berbagai stasiun tv, baik sebelum Quick Count atau sesudahnya Aura Prabowo sangat positif. Tak lagi emosional dan garang seperti biasa. Begitu juga Gibran yang mulai membina suara anak-anak muda.
Suara alam menentukan. Barangsiapa menyemburkan aura positif, maka orang-orang positif akan datang padanya. Begitu sebaliknya. Goliat ambruk dan Ganjar kini sedang mencari cara untuk menyalahkan orang lain atas kekalahannya. Ganjar tak hanya kalah oleh anak munglil bernama Gibran. Bahkam dengan pasangan No.01 pun, nilainya sangat di bawah. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan siapapun.
Ganjar yang tak pernah senyum sesudah kalah, telah memperoleh ganjaran tersendiri. Hadiah dari meremehkan orang lain dan terlalu PD
Ganjar Mendorong Hak Angket DPR