Setelah dirumahkan oleh stasiun TV-One, produser berita ini, tidak beralih ke bisnis, pindah kerja atau pasrah. Pilihannya adalah gowes Jakarta-Bali: untuk Indonesiaku, tetaplah semangat!
Oleh SYAH SABUR
PANDEMI Covid-19 berdampak pada banyak orang, termasuk kelas pekerja. Tak sedikit pekerja yang, mendapat pemotongan gaji, dirumahkan hingga kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Tentu macam-macam sikap manusia mendapat cobaan yang berat ini. Ada yang mencoba beralih ke bisnis kecil-kecilan, melamar kerja di tempat lain (yang tentunya tidak mudah di tengah pandemi), dan tak sedikit yang menyerah lalu meratapi kemalangan.
Nah, sikap kawan saya yang bernama Iman Sulaeman ini sangat beda dengan sikap pekerja pada umumnya. Beberapa waktu lalu, Iman dirumahkan alias istirahat total dari tugasnya sebagai produser berita di stasiun televisi TV One.
Tapi jalan yang dipilihnya sangat bebeda dengan kebanyakan pekerja. Untuk sementara ini, dia tidak beralih ke bisnis, pindah kerja atau pasrah. Pilihannya adalah gowes Jakarta-Bali: untuk Indonesiaku, tetaplah semangat!Menurut Iman, aktivitas gowes ini semata untuk memberi semangat kepada siapapun bahwa Indonesia pasti bisa melewati masa-masa sulit seperti saat ini akibat pandemic Covid-19.
Perjalanan ini akan dimulai tepat di Hari Kemerdekaan Republik Indpnesia pada 17 Agustus 2021 pukul 7 pagi. Dari Tugu Pancoran, dia akan diantarkan sejumlah temannya, termasuk para pecinta alam dari Mapala UI.
Gowes sejak kecil
Iman mengaku sudah terbiasa gowes sejak kecil dengan sepeda mini. “Ketika kuliah di UI Depok tahun 1990-an, saya membeli sepeda merk Federal seharga Rp 250 ribu. Ketika itu mungkin sayalah satu-satunya mahasiswa UI yang menyimpan sepeda di kamar kost, yang saya gunakan jika ingin ke kampus tak buru-buru, atau tak ingin rebutan bis kuning kampus UI, yang ketika itu masih terbatas jumlahnya,” ugkapnya.
Khusus untuk gowes Jakarta-Bali ini, pria kelahiran Jakarta 9 Desember 1970 ini akan memakai sepeda Polygon Heist X7 dengan spek ban 700×45. Polygon pula yang akan mendanai sebagian kebutuhannya selama ekspedisi. Dalam sehari rata-rata Iman akan mengayuh sepeda sejauh kira-kira 100 km.
Selain bersepeda, Iman juga menyukai aktivitas naik gunung dan tergabung dalam Mapala UI. Hingga saat ini, dia masih rutin gowes dan melakukan aktivitas di alam bebas.
Untuk rute, dia memilih jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa yang membentang sepanjang 1.300 kilometer. Jalur ini amat bersejarah karena merupakan jalur terpanjang pertama di Nusantara di era modern yang bertahan hingga kini. Inilah jalur in dibangun oleh “sang penjajah” pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 Herman Willem Daendels yang memerintah pada 1808-1811.
Hari pertama dia akan menyusuri Jakarta-Pamanukan sekitar 127 KM yang dilanjutkan dengan jalur Pamanukan – Cirebon sejauh 112 KM. Gowes selanjutnya menempuh jarak 110 km di rute Cirebon – Pemalang yang berlanjut ke Pemalang – Semarang sejauh 119 km hingga Semarang – Pati (85 km). Perjalanan akan berlanjut dengan rute Pati – Bojonegoro (126 km), Bojonegoro – Surabaya (125 km), Surabaya – Probolinggo (105 km) hingga Probolinggo – Situbondo (100 km), dan Situbondo – Gilimanuk (95 km). Setelah itu, dia akan menempuh jalur Gilimanuk – Denpasar, Bali sejauh 150 km.
Romantisme Pantura
Pantura membentang mulai dari Merak, Provinsi Banten hingga ke Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan nyaris tak tergantikan sebagai lalu lintas distribusi barang di Pulau Jawa, meski kini sudah ada jalan tol Trans Jawa. “Romantisme Pantura yang telah menghidupi banyak orang di Pulau Jawa dulu dan kini, layak diamati sedekat dan “semesra” mungkin,” tutur Iman.
Di berbagai tempat yang disinggahinya, dia juga akan berbagi keahliannya, baik dalam bidang jurnalistik, gowes maupun kehidupan di alam bebas. Oh iya, selain akan menguras energi dan pikirannya, ekspedisi ini juga tentu akan menguras isi dompetnya. Maka dia pun membuka diri bagi siapapun yang ingin berbagi lewat rekening 117 – 00 – 0481270 – 7 di Bank Mandiri. Selain untuk keperluan logistik, Iman memerlukan dana untuk menopang aksi sosialnya selama di perjalanan. Tapi dia berjanji untuk mengembalikan donasi jika perjalanan harus dibatalkan karena sesuatu hal.
Sungguh perjalanan yang luar biasa. Ketika dirumahkan, Iman justru ‘melawan’ dan bangkit untuk melakukan ekspedisi sekaligus menebar semangat dan harapan. (end)