Mbak Kalau mendaki gunung itu ya persiapan-persiapan Apa aja sih yang dilakukan Mbak
Seide.id – Macam-macam. Fisik sangat penting supaya saat mendaki tidak terjadi kram diri sendiri sulit, juga menyulitkan teman perjalanan. Selain itu untuk diri sendiri fisik perlengkapan-perlengkapan juga harus benar Jangan sampai salah kostum jangan bawa tanya-tanya tapi nyatanya hanya untuk selfie.
Kita bawa aksesoris, apalagi perempuan kan ya maunya foto. Bawa aksesoris itu yang berguna juga untuk hal lain, bukan untuk bergaya. Saya bawa selendang panjang supaya apa Kalau ada apa-apa itu bisa menjadi pengganti perban. Membawa sarung saat di puncak dipakai untuk foto oke, sekalian memperkenalkan apa kain panjang Indonesia. Tapi bagi perempuan itu banyak gunanya pertama kalau mau pisscur (buang air kecil) tidak tahu tempat, bisa untuk menutupi. Bisa juga dipakai untuk ganti baju, bisa dipakai sebagai pengganti handuk. Saya selalu membiasakan diri membawa sesuatu itu yang memang bisa digunakan untuk hal lain.
Pembalut itu juga bukan hanya untuk perempuan. Banyak gunanya. Pertama, kalau terlalu berat saat bawa barang, bisa dipakai untuk ganjal bahu. Atau bisa juga kalau kita luka tinggal tambahkan tali atau plester.
Persiapan menjelang JKW PWI yang saya lakukan, persipan fisik tetap harus naik gunung, atau naik turun tangga. Yang penting memperkuat otot-otot. Makan-makanan yang sehat. Kebetulan saya nggak suka dengan sesuatu yang instan junk food dan sebagainya.
Hidup juga harus bener. Meskipun saya sebetulnya juga suka tidur menjelang pagi, tapi saya tidak pernah berada diluar rumah. Mungkin itu yang membuat perbedaan dengan teman yang lain kalau sama-sama seusia dan sama-sama kebiasaan.
Mbak merasa yakin atau karena terbiasa naik motor atau sering ikut touring sendirian, nggak pernah masuk kelompok?
Kalau dibilang yakin saya tidak pernah yakin. Tapi saya cuman berdoa semoga dimampukan itu saja. Pernah ada yang bertanya tips kuat naik motor dari Surabaya Jakarta, saya nggak bisa jawab saya tidak punya tips.Kalau punya rencana, ya lakukan saja semampunya tidak perlu terlalu dipikirkan lagi. Andaikata Saya membayangkan 900 km dari Surabaya ke Jakarta mungkin nggak jadi pergi saya. Apalagi ini 17.000 kilometer.
Saya akan berusaha menjalani dengan Menikmati apapun yang saya lihat nanti. Kenapa saya tidak merasa capek kenapa saya tidak merasa apa ya nggak enak Sebetulnya menurut saya tidak ada orang yang betul-betul hebat. Hebat itu karena dia biasa melakukan.
Maaf, ini pertanyaan agak pribadi. Mbak berkeluarga?
Saya punya anak satu, tapi sudah bebas. Saya sudah berpisah sejak tahun 1997. Anak saya sudah besar sekarang, sudah bekerja tapi belum bekeluarga. Jadi saya tidak terlalu memikirkan lagi. Tapi itulah jalan hidup. Ya nggak tau juga sih. Yang jelas saya lebih bisa focus naik gunung,
Kalau boleh tahu apa anak suka ya? Gimana yang mengingatkan atau Iya perhatian a lebih ibu lah gitu ?
Dia sangat yakin dengan apa yang saya lakukan. Waktu dia umur 6 tahun pernah saya ajak naik gunung Arjuno. Untuk rencana Touring JKW PWI ini saya belum cerita karena terlalu dini ya. Saya akan ceritakan kalau semua itu sudah pasti.
Kemarin dia menemukan berita saya akan mengikuti kegiatan ini. Dia tanya kenapa tidak cerita. Saya bilang nanti kalau sudah waktunya baru saya akan cerita. Dia senang banget. Dan dia sempat menyatakan, “Saya bangga banget pokoknya sama Mama. Saya yakin Tuhan pasti akan melindungi”.
Kekuatan apa yang dicapai dengan aktivitas seperti ini?
Sebetulnya tidak ada kata puas karena ada sesuatu yang menjadi cerita, sesuatu yang berhubungan dengan hidup, yang bisa ceritakan dari pendakian ataupun dari suatu perjalanan yang saya lakukan. Teman-teman pendaki yang dulunya mungkin dianggap orang yang tidak bisa diatur, liar dan sebagainya, saya justru menemukan hal lain. Pendaki gunung adalah orang yang dari awal sudah belajar tentang perjalanan, manajemen waktu, manajemen diri sendiri. Persiapan dan sebagainya.
Sampai kapan Mbak akan menekuni ini hobi atau apa ya yang seperti ini mbak yang sangat beresiko ini?
Saya enggak pernah mikir juga akan sampai kapan. Tapi harapan saya, meskipun nanti usia saya sudah lebih lanjut, pengen juga seperti Pak Don Hasman, usia 80 tahun masih kuat naik gunung.
Bagaimana cara menjaga kesehatan sehingga masih dimampukan, ada temen seorang ibu seorang nenek usianya 62 tahun, masih hebat. Seringkali kalau di gunung saya suka foto dengan anak-anak, untuk menyemangati diri sendiri dan mengingat bagaimana mereka menjaga diri sehingga usia sampai segitu masih mampu mendaki gunung, masih bawa tas sendiri.
Kalau naik 7 gunung tertinggi di Indonesia memang saya ingin mengibarkan bendera merah putih di puncak itu demi Nusantara bersama teman-teman wartawan, juga mengelilingi seluruh Indonesia. Dan kami ingin menceritakan betapa indahnya Indonesia. Saya harap masyarakat menyadari bahwa Indonesia itu adalah surganya dunia dan semestinya kita sama-sama menjaga surga kita tempat tinggal kita ini. (hw)