OLEH : ERIZELI JELY BANDARO
Dengan celana pendek seorang presiden keluar dari istana untuk menjadi rakyat biasa. Itulah pendidikan tertinggi nilai demokrasi yang dicontohkan oleh seorang Gus Dur. Seorang egaliter. Karena sistem demokrasi pula hak hukum Gus Dur dilindungi. Terbukti tuduhan kepada beliau, adalah fitnah belaka. Dari itu semua , Gus Dur santai saja. Dia tidak curhat kemana mana. Tidak pula menghujat pemerintah. Tidak demo bawa massa.
Selama era Soeharto, Gus Dur bersama Nurcholis Madjid berjuang untuk tegaknya demokrasi. Itu dia lakukan dengan cerdas dan sangat demokratis. Dia hargai kekuasaan Soeharto secara konstitusi. Namun dia tentang dalam pemikiran. Dia gunakan penanya melawan kediktatoran. Sangat terpelajar. Namun menjelang kejatuhan Soeharto dan diambang kekalahan, Pak Harto minta Gus Dur tampil dalam upaya rekonsiliasi nasional, Gus Dur menerima secara terbuka. Dia tidak takut tidak populer karena menerima ajakan rekonsiliasi Soeharto. Itulah demokrasi.
Apa yang tersirat dari pendidikan politik Gus Dur? Kesediaan untuk menerima dan melepaskan. Menerima ketika harus berkuasa. Dan siap melepaskan kapan saja. Menerima musuh kalau itu tujuannya perdamaian dan musyawarah. Bersedia melepaskan musuh dengan sikapnya tanpa harus terus membenci. Apapun perbedaan dan perseteruan hukum dan UU tetap ditempatkan secara terhormat sebagai sumber menyelesaikan masalah politik.
Undang-Undang Pemilu. Pasal 7 UUD 1945 menyatakan presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun. Sesudahnya mereka dapat dipilih dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Demikian amanat UUD 45 bahwa kekuasaan presiden hanya dua periode. Mereka yang mendorong agar Jokowi maju lagi untuk periode ketiga adalah anti demokrasi.
Sama seperti dulu era Pak Harto yang selalu ada Pemeo” tidak ada yang lebih baik dari pak Harto. Kalau diganti, belum tentu penggantinya bisa melanjutkan dan lebih baik. Lebih baik pak Harto daripada komunis “ Apa yang terjadi kemudian ? 32 tahun Soeharto berkuasa fundamental ekonomi rapuh. Demokrasi mati. Kekuasaan dijalankan oleh intel. Dari itu semua yang kaya raya adalah para oportunis yang ada di lingkaran kekuasaannya, Golkar dan kroninya. Merekalah yang mendorong pak Harto terus berkuasa dan meraka juga akhirnya yang menjatuhkan Soeharto.
Sama dengan sekarang era Jokowi. “ lebih baik Jokowi tiga periode daripada kadrun” kata meraka. Yang inginkan Jokowi terus lanjut periode ketiga adalah mereka yang ada di lingkaran kekuasaannya. Berkali kali Jokowi tolak. Namun mereka terus berwacana. Mengapa ? Karena memang enak cari uang di lingkaran kekuasaan. Ternyata pendidikan politik Gus Dur memang tidak populer. Yang tetap populer adalah pendidikan politik pak Harto. Bahwa kekuasaan itu memang enak dan ueenak tenan.