“Pak JK ini ‘kan orang yang sedang konflik di dalam negeri ini. Sedang memerangi pemerintah karena kepentingan-kepentingan bisnisnya tidak bisa diakomodir,” ungkap Kang Sobary.
BUDAYAWAN, ilmuwan sosial, cendekiawan muslim, kolumnis, mantan Pemimpin Umum Kantor Berita Nasional (KBN) Antara, Mohamad Sobary menegaskan, Jusuf Kalla sudah menjadi Taliban sebelum lahir Taliban. Artinya, JK sudah biasa menggunakan kelompok intoleran radikal untuk kerja politiknya.
Kang Sobary, panggilan budayawan 69 tahun itu, menanggapi pernyataan Jusuf Kalla atau JK mengenai wajah baru Taliban dalam diskusi bersama Mohamad Hikam dan jurnalis senior Tempo, Bambang Harimurti, pekan lalu. HM. Jusuf Kalla getol menjadi jubir Taliban, dan menyebut kelompok bersenjata itu sudah berubah, sudah moderat.
M. Sobary mempertanyakan konteks pernyataan Jusuf Kalla (JK), yang kontroversial, yaitu “Taliban saat ini bukan lagi Taliban yang dulu”.
“Yang dikatakan Pak JK itu, apakah ‘harapan keamanan’ atau ‘political statement’ ? (pernyataan politik), “ tanya Moh Sobary . “Kalau harapan terbentuknya suatu keamanan tingkat dunia – dan dia punya data menganalisis persoalan itu dengan akurat – maka dia berada di hati mayoritas, masyarakat dunia, “ katanya.
“Tapi kalau itu ‘political statement’, dia ingin ‘menidurkan’ musuh-musuhnya Taliban, ingin ‘menidurkan’ semua potensi di dunia, boleh dibilang menjadi kepanjangan Taliban, supaya masyarakat dunia tertidur dan Taliban sendiri yang ‘gerayahan‘ kesana kemari,” kata Kang Sobary sebagaimana dikutip dari channel Total Politik di Youtube itu.
“Pak JK punya kecanggihan seperti itu, “ katanya. “Perlu diwaspadai, ” dia mengingatkan.
“Kalau JK yang ngomong, saya cenderung tidak percaya!” tegasnya.
Menurut cendekiawan muslim, alumni UI dan Monash University – Australia yang banyak menulis buku kumpulan esei dan kajian sosial ini, pernyataan JK mengenai Taliban wajah baru ini relevan dilihat dari kepentingan Jusuf Kalla itu sendiri.
“Pak JK ini ‘kan orang yang sedang konflik di dalam negeri ini. Sedang memerangi pemerintah karena kepentingan-kepentignan bisnisnya tidak bisa diakomodir,” ungkap Kang Sobary.
Sebagaimana diketahui, Bisnis Keluarga Jusuf Kalla sedang menghadapi masalah dengan Qatar National Bank (QNB) QPSC yang menggugat empat pihak dari keluarga Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Group, yakni HM Aksa Mahmud, Erwin Aksa, Sadikin Aksa, dan Muhammad Subhan Aksa. Tak main-main gugatan perdata tersebut senilai US$ 484,42 juta atau setara dengan Rp 7,02 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
HM Jusuf Kalla, yang mantan Wakil Presiden dan Menko – berharap pemerintah campur tangan dan membantu – namun Jokowi menanggapi dingin.
Maka, patut diduga, JK sedang menggunakan jalur politik untuk menarik perhatian pemerintah Jokowi.
“Kejengkelan Jusuf Kalla terhadap pemerintah sudah terjadi sejak lima tahun lalu, “ kata budayawan kelahiran Bantul, Jogjakarta itu. Kang Sobary sendiri tidak membeberkan apa yang membuat JK jengkel terhadap pemerintah.
“Karena itu dia tidak punya cara lain kecuali mem back up orang-orang yang memiliki mentalitas Taliban di Indonesia. Itu kawan-kawannya dia,” tegasnya.
Dalam pandangan Sobary, JK tidak memperdulikan muslim Indonesia yang tak memenuhi ambisi politiknya. “Terhadap lembutnya orang Muhammadiyah dan high civilization (santun) seperti orang NU – tidak gunanya bagi dia (JK, pen), jika tidak memenuhi kebutuhan politiknya, ” paparnya.
“Dia sudah rugi sangat banyak selama ini. Dia perlu pion, hanya pion – bukan orang, yang bisa diarahkan ke sana kemari, “ katanya.
Menurut Kang Sobary, pion itu sudah didapat dan memenuhi syarat, yaitu sosok yang, “lahir di Jogya, besar di Jogya, sekolah di Amerika dengan bangga, darah Arab, tapi kira kira ya Taliban lah, “ katanya.
Tanpa menyebut nama, segera kita tahu yang dimaksud, yaitu sosok yang dijadikan gubernur lewat isu sektarian 2017 lalu.
Gambaran Taliban (yang ramai dihembuskan di) di KPK ya kira kira bukan Taliban, kata Kang Sobary lagi. Namun, kalau mau ditarik tarik, secara ideologis dalam kepentingan yang praktis.
Menurut Kang Sobary, langkah polisi (menindak Taliban) di KPK bertentangan dengan obsesi JK, yang mau mencoba meninabobokan. “Tidurlah, tidurlah, ini civilized “ desahnya, mengutip pandangannya mengenai “Taliban yang kini berubah” itu.
“Se-civilized – civilized-nya pemberontak itu pakai bedil! “ teriak Kang Sobary.
Dipaparkannya, pembrontakan begitu banyak tempo hari, (dalam sejarah awal republik, pen.), mulai dari Jawa Barat (DI/TII), menjadi Sumatera Barat (APRA), Sulawesi Selatan (Kahar Muzakar).
Itu apa ada alasan bagi kita untuk membuat orang “tidurlah” ?
Yang berontak itu orang orang Islam yang “civilaized”, yang berontak orang Islam yang berteriak tentang zuhud, adil. “Adil apa? Adil itu teriakannya. Tapi tindakan-tindakannya bisa bertentangan dengan kata adil itu sendiri, “ kata budawayan sobat karib almarhum Romo Mangun dan alm., Gus Dur ini.
Adil itu nanti. Itu dibutuhkan suatu historical transisional periode – yang tidak dibatasi, ” katanya.
“Berapa lama? Tidak ada batasnya. Adil itu berapa lama? Adil itu kata perjuangan kita. Ya! Ini adil, kok, dibunuhi? ‘Ya, kita sedang menuju adil’. Tapi kapan? ” Tanyanya.
“Apa Anda bisa tidur mendengar kata kata JK? “ gugat Kang Sobary.
“Sosoknya aja sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan. Keras orang itu! Mentalitas Taliban banget itu!” katanya.
“Dia itu Taliban sebelum ada Taliban. JK itu mentalitas Taliban sebelum Taliban sendiri lahir” simpul Mohamad Sobary. ***