Kelangkaan Minyak Goreng dan Mereka yang Terlalu Besar untuk Diatur.

Kelangkaan Minyak Goreng dan Mereka yang Terlalu Besar untuk Diatur.

Foto: EksbisSindonews

Produksi minyak sawit dan inti sawit pada tahun 2018 tercatat sebesar 48,68 juta ton, yang terdiri dari 40,57 juta ton crude palm oil (CPO) dan 8,11 juta ton palm kernel oil (PKO). Jumlah produksi tersebut berasal dari Perkebunan Rakyat sebesar 16,8 juta ton (35%), Perkebunan Besar Negara sebesar 2,49 juta ton (5%,) dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 29,39 juta ton (60%). Jadi paham ya, mengapa negara dan rakyat tidak berkuasa atas sumber daya sawit ini. Karena penguasaan negara kecil sekali pada bisnis sawit. Sementara swasta yang bermain tidak banyak. Hanya hitungan jari. Baik kita ulas dua saja.

Salim Group. Anda mungkin tidak mengenal nama Indofood Agri Resources Ltd ( IAR). Itu holding yang terdaftar di Singapore. Pemiliknya adalah Salim group. Nah IAR ini punya anak perusahaan di Indonesia. Namanya Salim Ivomas Pratama ( SIMP). Perusahaan yang sudah Tbk ini pengelola perkebunan sawit di Kalimantan dan Sumatera seluas seluas 253.061 hektare (Ha) per 31 Desember 2020. Itu tidak termasuk lahan sawit, London Sumatra Indonesia yang sudah di bawah kendalinya.

Nah hebatnya, IAR memiliki 27 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas total 7 juta ton per tahun serta 5 pabrik refinasi CPO ( termasuk minyak goreng ) dengan total kapasitas 1,7 juta ton per tahun. Adapun merek minyak goreng yang dimiliki Grup Salim antara lain Bimoli, Delima, dan Happy. Sebagian besar produksi minyak goreng sawit di serap oleh group sendiri yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, yang notabene memproduksi mi instan merek Indomie. Sebagian lagi di ekspor ke negara-negara Asia, Afrika, Amerika, Timur Tengah, dan Australia.

Karena kebutuhan minyak goreng untuk memasok pabrik Mie instant Indofood terus meningkat, sementara lahan sawit tidak bertambah. Apalagi Salim group punya pabrik mi di banyak negara seperti Malaysia, India, Arab, Afrika, Mongolia. Di Indonesia saja pabrik mi milik Salim ada 17 pabrik di 12 kota. Ya terpaksa Salim group ambil lagi minyak goreng dari sumber lain. Salah satunya berasal dari raksasa minyak goreng PT Sinar Mas Agro Resources Technology. Jadi memang raksasa dari segi ukuran kebutuhan akan minyak goreng.

Sinarmas group. Anda mungkin tidak mengenal Golden Agri-Resources Ltd (GAR). Tentu. Itu holding company yang terdaftar di Singapore dan listed di bursa Singapore. Nah perusahaan ini punya anak perusahaan di Indonesia, yaitu PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk (SMAR) yang memproduksi beberapa merek minyak goreng seperti Filma, Kunci Mas, Mitra, dan Palmvita. Minyak goreng tersebut dihasilkan dari perkebunan sawit yang luasnya mencapai 137.512 Ha.

Mereka mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas terpasang sebesar 4,35 juta ton per tahun. Mereka ekspor ke lebih dari 70 negara dengan fokus utama di pasar-pasar yang berkembang seperti Eropa, China, India, Pakistan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Serikat. Berdasarkan laporan keuangan, SMAR mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 40,38 triliun per kuartal III-2021. Dahsyatkan ? Bagaimana mau diatur raksasa seperti itu ? Ya saya sih senyum aja liat drama anggota DPR di Senayan yang sok bela rakyat di hadapan menteri.

BACA JUGA

Ekosistem Pertanian

Ekspor Digenjot, Jokowi Memang Heibat

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan