Seide.id – Lihat, dengarkan, dan fahami agar apa pun yang dikatakan orang itu, kita tidak salah persepsi. Karena salah paham itu lukai diri sendiri.
Sekali, dua kali, atau bahkan sering kali kita melakukan hal konyol itu. Kita ingin didengarkan oleh orang lain, tapi kita menutup telinga, tidak mau mendengarkan omongan orang lain, dan itu suloyo.
Sesungguhnya, kenapa berharap agar orang lain mendengarkan dan percayai kita? Apa kelebihan kita? Ketika hasrat itu muncul, kita ingin dipuji, dihargai, dan dihormati orang lain berarti kita tinggi hati.
Sesungguhnya, ketika merasa lebih segalanya dibandingkan orang lain, berarti kita sombong.
“Sesungguhnya, orang yang sombong itu bakal dipermalukan oleh perilakunya sendiri.”
Sederhana, tapi tidak banyak orang yang menyadari dan memahami hal itu. Karakter sombong itu dianggap hal biasa. Karena merasa ganteng/cantik, kaya, berpangkat, hebat, dan seterusnya. Sehingga adalah wajar, jika kita membanggakan diri sendiri.
Padahal, disadari dan dipahami, atau tidak. Perilaku sombong itu merupakan sumber masalah hidup kita sendiri. Kita pilih teman bergaul yang selevel, tapi membatasi atau menjauhi teman yang tidak selevel. Sehingga, ketika ternyata mereka yang direndahkan itu gigih berjuang dan sukses, kita jadi malu hati.
Perilaku sombong ini sesungguhnya penyakit yang harus segera diobati agar kita sehat kembali, dan menjadi rendah hati.
Berperilaku rendah hati, ketika kita berani meninggalkan ego sendiri untuk tidak diskriminasi, tapi saling mengasihi sebagai orang beriman.
Semangat saling menghargai, hormati, dan toleransi pada orang lain itu agar hidup kita makin indah dan damai.
…
Mas Redjo / Red-Joss