KGPAA MANGKUNEGORO IX (7): Piagam Pengukuhan KGPA Mangkunegoro IX

G. Piagam Pengukuhan KGPAA Mangkunegoro IX. . 

Demi mewujudkan amanat yang mulia para leluhur, yang terbebankan di pundak para sesepuh agung Mangkunagaran, maka:

Pada hari ini, Akad Legi

Surya kaping, 4 Jumadil Akir 1920

Menetapan:

MENGUKUHKAN

GUSTI PANGERAN HARIO SUDJIWO KUSUMO,

PENGAGENG PURO MANGKUNAGARAN

MENJADI

KANJENG GUSTI PANGERAN ARIO MANGKOENAGORO

Piagam pengukuhan ini menjadi bagian mutlak serta merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dengan ketatapan para sesepuh agung Mangkunagaran.

Atas nama para Sesepuh Agung Mangkunagaran

Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani Soerjosoejarso.

Menyatakan menerima piagam ini

KANJENG GUSTI PANGERAN ARIO MANGKOENAGORO

Prasetya 

Kami, Kanjeng Gusti Pangeran Ario Mangkoenagoro IX dengan ini menyatakan:

1.  Bahwa kami dalam mengemban tugas selaku pengageng Puro Mangkunagaran, mempunyai kewajiban mutlak untuk selalu berjuang mempertahankan tetap tegaknya berdirinya negara Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan undang undang dasar 1945.

2.  Bahwa kami sebagai warga negara Republik Indonesia dalam kedudukan selaku pengageng Puro Mangkunagaran, wajib selalu berupaya dengan sesungguh-sungguhnya agar cit-cita mewujudkan Puro Mangkunagaran menjadi salahs atu pusat pelestarian budaya Jawa, dengan menggali dan mengembangkan budaya leluhur Mengkunagaran yang diabdikan kepada pembangunan budaya bangsa secara nyata.

3.  Bahwa kami sebagai warga negara Republik Indonesia dan selaku salah seorang warga kerabat besar Mangkunagaran, wajib selalu berupaya agar kerabat besar Mangkunagaran mampu turut serta secara aktif dalam pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, disertai jiwa dan semangat ajaran Tridharma serta piwulang dan piweling leluhur Mangkunagaran.

4.  Bahwa kami dengan sesungguh sungguhnya wajib selalu berupaya untuk membangun terwujudnya persatuan dan kesatuan dalam lingkup kekerabatan Mangkunagaran sebagai bagian mutlak yang tidak terpisahkan dengan pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, disertai dengan jiwa dan semangat amanat leluhur Mangkunagaran tersurat dan tersirat dalam nebusauyun.

Semoga Tuhan Yang Maha Agung melimpahkan bimbingan serta kekuatan lahir dan batin kepada kami.

Surakarta, surya kaping 4 Jumadil Akir 1920

Kami, yang menyatakan prasetya

KGPA Mangkoenagoro

Pura kadipaten disebutkan dalam Babad Sala yang dihimpun oleh RM Sajid pada tahun 1984. Karya tulis ini diterbitkan oleh Rekso Pustaka Mangkunegaran. Sebagai bacaan buku ini memberi banyak informasi.

Informasi kehidupan nenek moyang dipelajari oleh Sri Mangkunegoro IX. Inilah Pura Mangkunegaran menghadap ke selatan, dikelilingi jalan. Di sebelah utara, yaitu di belakang Pura terdapat jembatan bernama Jembatan Kali Pepe. Dari jembatan ke arah timur sampai ujung Pura terus ke selatan sampai ujung Pura, belok ke barat sampai plengkung Pamedan, lalu ke arah selatan sampai perempatan Pasarpon. Luas Pura Mangkunegaran kurang lebih 1 km2. Dahulu, di tiap sudut Pura terdapat rumah jaga, dijaga oleh abdidalem Jagapura.

Dalem ageng Mangkunagaran menghadap ke selatan dilanjutkan dengan Paringgitan, lalu teras yang menyatu dengan Pandapa Ageng yang berbentuk joglo, lalu disambung dengan topengan yang disebut Bangsal Tosan. Pandapa ageng bentuknya melingkar,  merupakan pendapa paling luas di negara kita karena luasnya 62 x 52 meter, sedangkan tingginya 17 meter. 

Keadaan lingkungan Pura Mangkunegaran terawat rapi. Di sebelah timur Pandapa Ageng terdapat rumah rumah menghadap ke selatan, dulu digunakan sebagai kantor Praja Mangkunagaran. Lalu ada pintu ke arah timur.

Di sebelah selatan pintu terdapat los menghadap ke selatan, berbelok ke barat sampai Gapura Pura Ageng. 

Dulu juga digunakan sebagai kantor para abdi dalem Narapraja, yaitu ‘Marktwezen’ yang menangani pasar pasar. Di bagian ujung selatan digunakan sebagai Panti pidana. Sedangkan di sebelah barat Pendapa Ageng terdapat rumah los menghadap ke selatan. Yang paling utara adalah gedung Jayengan, di sebelah selatannya adalah gedung Wireng, lalu pintu tembus ke barat. Di sebelah selatan pintu disambung lagi dengan rumah los menghadap ke barat sampai tenggara.

Sri Mangkunegoro IX peduli sejarah masa silam. Di sebelah selatan pintu adalah garasi motor dan kereta, gedung Langenpraja untuk para abdidalem niyaga, sinden, wiraswara dan badut golongan karawitan, serta sebagai tempat menaruh gamelan. Di sampingnya terdapat kantor Mandrapura, yaitu gedung untuk para abdidalem Renggapura yang bertugas membersihkan Pendapa Ageng dan Pringgitan. Kantor tersebut dekat dengan Gapura Pura Ageng.

Warisan nenek moyang dilestarikan oleh Sri Mangkunegoro IX. Di sebelah kanan dan kiri gapura terdapat rumah los menghadap ke selatan, dahulu digunakan sebagai tempat perkakas militer. Sedangkan kantor Mandrapura yang sebelah selatan digunakan sebagai tempat untuk penjaga yang bertugas memukul jam genta sebagai penunjuk waktu. Di sebelah barat disambung dengan los membujur ke barat, tempat tersebut juga digunakan sebagai gudang peralatan militer.

 Lalu disambung dengan rumah rumah untuk tempat peralatan militer legiun. Sedangkan di sebelah utara adalah kandang kuda dan tempat kereta. Rumah rumah yang dulu berada di sebelah barat Pamedan sekarang sudah tidak ada lagi, diganti dengan bangunan hotel pada tahun 1972, disebut Mangkunagaran Palace Hotel.

Di sebelah utara hotel tersebut ada pendapa menghadap ke selatan menuju Dalem Daryasugandan. Sedangkan di belakangnya adalah gedung bagi para abdidalem dan jayengan. Di sebelah utara lagi adalah lapangan tenis dan taman Ujung Puri. Di Pura bagian timur terdapat rumah besar menghadap ke selatan menghadap jalan, yaitu dalem Prangwadanan. Sedangkan di timurnya lagi ada Panti Putra. Di sebelah selatan jalan sampai dengan Gapura Wetan adalah Panti Jeksan.

 Lingkungan Pura Mangkunegaran memang asri. Di sebelah selatannya lagi sampai Pamedan adalah gedung gedung kavaleri.

Di depan gapura Pamedan ada jalan besar ke arah selatan. Pada jaman dulu jalan Ngarsapura, sekarang Jalan Diponegoro sampai perempatan Pasar pon. 

Di sebelah barat jalan dari dulu rumahnya besar besar ada tiga, yaitu rumah para pangeran putra Mangkunagaran. Yang paling utara diubah menjadi sekolah HIS Siswo, setelah Indonesia merdeka menjadi gedung SMP 5. di sebelah timur jalan uga ada rumah para pangeran putra dalem, jumlahnya juga tiga.

Pasar pon dahulu hanyalah berupa rumah los membujur ke timur lalu ke selatan. Di sebelah barat jalan juga demikian. Pasar tersebut hanya ramai jika jatuh pada hari pasarannya, yaitu Pon. Yang pasti ada setiap hari adalah penjual barang barang dari emas seeprti gelang, kalung, tusuk konde dan lain lain. Penjualnya adalah wanita-wanita dengan meja kecil pendek, dengan dialasi kain berwarna merah jingga agar dagangannya terlihat berkilauan. Mereka menerima jual beli, tidak jauh berbeda dengan toko emas jaman sekarang.

Suasana Pura Mangkunegaran ini dihayati oleh KGPAA Mangkunegoro IX. 

Setelah tahun 1923 Pasarpon bagian timur diperbarui dan dijadikan gedung wayang, sekarang gedung bioskop. Lalu disusul dengan Pasarpon sebelah barat juga dibangun menjadi gedung wayang orang atau ketoprak, bernama ‘Sana Harsana’ yang dibuka secara resmi pada tanggal 18 Agustus 1933. Pasarpon lalu menjadi ramai karena di kanan kirinya banyak tontonan.

Pada bulan Desember 1948 gedung ini perlu direhap. Setelah itu dibangun kembali dan dijadikan gedung bisokop, yang sebelah timur bernama Dhany, yang sebelah barat bernama Ura Patria, disingkat UP. Pada tahun 1939, sebelah timur Jalan Diponegoro dibangun pasar oleh pemerintah Mangkunagaran dan diberi nama Pasar Tri Windu, sebagai peringatan KGPAA Mangkunagoro VII yang menjadi raja selama genap 24 tahun atau tiga windu.

Kebudayaan Pura Mangkunegaran berlanjut di bawah kepemimpinan Sri Mangkunegoro VIII. Selama hidup berdarma bakti pada nusa bangsa. 

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro IX surut ing kasedan jati, manjing ing suwarga loka. Rikala dinten Jumah Legi, 4 Sura utawi 13 Agustus 2021. Pura Mangkunegaran nawung dhuhkita. Abdi dalem miwah sentana sami atur puji pangastuti.

Pura Mangkunegaran kaajab tetep basuki lestari. Kanthi mersudi seni edi peni, budaya adi luhung, tumangkar ing saindhenging jagad raya.

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.