Seorang Lurah diminta mengajar di sebuah sekolah dasar. Ia tahu bahwa murid-murid sebanyak 50 orang ini sudah pandai. Tapi sebagai pemimpin, ia harus tetap memberi pelajaran.
Lurah itu menuliskan pelajaran matematika yang mungkin sudah diketahu para siswa. 2+2=4, 4+4=8, lalu naik terus hingga 64+64= 128. Terakhir, ia menulis di papan 9+9=19
Semua murid berteriak bahwa hitungan pak Lurah salah. Namun ada seorang siswa yang lantang mengkritiknya, “ Pak lurah ngawur. Gak pendidikan Mungkin gak lulus SD. Dimanapun 9+9 itu adalah 18. Bukan 19. Jelas itu salah. Lurah tak bisa dijadikan panutan!”.
Semua orang kaget dan menoleh ke siswa itu. Sebagian ada yang memuji. “ Bagus kritik kamu. Harus berani ?”
Lurah itu tersenyum. Si lantang juga senyim bangga bisa dapat perhatian.
“ Janganlah kalian zolim, takabur dan mudah menghina seseorang hanya karena satu kesalahan. Tahu kah kalian, bahwa dari 100 soal yang guru kalian ajarkan dan hanya 1 saja yang salah, kalian telah merasa berhak menghina ? Apakah tidak bisa menunjukkan kesalahan seseorang secara baik ? ”
Semuanya terdiam. Termangu. Tapi siswa lantang tadi tetap menatap tajam.
Begitulah kehidupan. Kita sering melupakan banyak kebaikan orang lain, namun satu kesalahan kecil saja, kalian menjadikan orang yang telah banyak membantu orang itu terhina dan dijadikan bahan hinaan orang lain. Yang lebih parah lagi, selama ini orang-orang lantang yang mudah menghina pimpinannya, telah mereguk kenikmatan dari berbagai kemudahan dari orang yang dicaci. Padahal bisa jadi ia hanya melakukan kesalahan kecil.
Setiap orang bebas memberikan kritik terhadap sesuatu atau orang lain. Termasuk seorang presiden. Termasuk Presiden Jokowi. Tetapi dari sekian banyak kebaikan yang diberikan, satu kesalahan yang dilihat seseorang tak berarti bisa bebas menghina orang itu.
Saya juga beberapa kali mengkritik Jokowi. Sebanyak sekian kali, juga mengemukakan kenyataan bahwa telah banyak yang dilakukan presiden selama 6 tahun terakhir ini. Harga-harga terkendali, kemiskinan terendah sepanjang sejarah, makin banyak orang berpeluang memperoleh pekerjaan, cukup terjaminnya kehidupan warga, kualitas hidup meningkat, tingkat pendidikan membaik, penguasaan aset menyebar ke berbagai pelosok.
Bahkan harga BBM bisa satu harga dimanapun diseluruh wilayah Indonesia. Dulu, harga BBM di Jawa Rp 6,000 sementara di Papua bisa Rp 80,000. Kawasan perbatasan juga dibangun. Bukan hanya di perkotaan Di NTT ruas Dufala-Nualain hingga Haekesak dengan total 176,2 Km dengan jalan tembus 151,1 Km telah membuat perekonimian setempat naik berlipat.
Lalu, poros maritim kian nyata. Ada sentra kelautan dan perikakan terpadu terus didorong memperbanyak pusat pertumbuhan ekonomi. Izin usaha yang dulu berbelit-belit bisa dipangkas, makin mudah, kian murah. Peringkat investasi membaik, meski dunia diterjang pandemi covid19. Proyek strategis nasional terus dilecut.
Ada tambahan investasi Rp 395 triliun di Maluku dan Papua serta Sulawesi dan Nusa Tenggara yang jarang diperhitungkan pemimpin sebelumnya. Yang melegakan. ada insentif pajak buat rakyat kecil melalui usaha UMKM. Kredit usaha rakyat dengan bunga makin rendah. Penyaluran kredit telah meancapai Rp 69,6 rtriliun dari Rp 100 triliun yang disedaikan.
Kalau orang belum paham paparan di atas, cobalah tengok hal-hal yang bisa dilihat yang sudah dikerjakan seorang Jokowi.
Ganti rugi Lapindo sudah dibayar meski perusahaan yang bikin masalah belum melunasi. Ikan melimpah karena kapal-kapal pencuri ditenggelamkan Susi Pudjiastui. Singapore makin segan dengan Indonesia karena kebijakan amnesti dan rakyat diuntungkan. Pulau Natuna yang selama ini bermasalah, bisa diambil ke Indonesia. Termasuk Freeport yang dari dulu gagal terus. Di tangan Jokowi, Indonesia memiliki saham terbesar. Mafia Petral yag sering merugikan Pemerintah, bubar di tangan Jokowi.
Apalagi ? Oh ya kabut asap yang dari dulu selalu muncul rutin, kini nyaris tak ada lagi. Sertifikat untuk rakyat miskin diberikan gratis. Listri mulai menyala di berbagai pelosok desa terpencil Jalan trans Papua dan Trans Sumatera mempermudah aorang hilir mudik. Begitu juga jaringan keretaapi makin luas. Listrik tenaga angin dibangun di Sidrap. Pembangunan jembatan gantung di Banten dan wilayah langsung ditangani dan sebagian diselesaikan. Termasuk 32 jembatan gantung. Pelabuhan Tanjung Priok sekarang bisa untuk transit kapal besar.
Anda bisa menambah daftar keberhasilan lagi sepanjang yang anda ketahui dan rasakan.
Untuk mengkritik, seseorang harus memahami apa saja dari obyek yang akan dikritik. Seorang pengritik yang baik dan terhormat, bisa dilihat dari cara seseorang mengemukakan kritiknya dengan baik dan substansial. Sebab cara mengkritik itu masalah kedewasaan dan katakter seseorang. Kalau hanya ingin menghina, pengin populer, anak SD saja bisa. ( Mas Soegeng)