Bukan hanya tiga tahun penantian untuk merilis album sendiri kebanggaannya – “Satu Hari yang Sempurna” – setelah proses produksi dijeda dan tertunda oleh pandemi global Covid 19. Melainkan juga karena lagu itu ‘related’ dengan perjalanan hidupnya, yang mudah membangkitkan emosinya sebagai penyanyi.
LUCKY OCTAVIAN tak kuasa menahan air mata saat menyanyikan lagu barunya dalam rilis di depan wartawan, di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/10/2022) siang kemarin. Dia menceritakan lagu itu, Satu Hari yang Sempurna, tak semata mata karya imajinasinya sebagai seniman, vokalis dan penulis lagu, melainkan pengalaman pribadinya, dengan sang Papa yang terpisah selama 30 tahun.
Lucky, yang kini berusia 41 tahun itu berujar bahwa pertemuan terakhir dengan ayah saat ia masih kanak kanak. “Hanya pertemuan keluarga. Cuma bisa memandang meeting keluarga dari balik pintu waktu itu,” tutur Lucky, mengulang ceritanya kepada wartawan kemarin. Setelah itu mereka terpisah lagi.
Papa Mamanya berpisah sejak dia masih dalam kandungan. Setelah dewasa justru dia baru merindukan kehadiran sosok Papa. “Saya pekerja seni yang bernyanyi untuk menghibur orang dari panggung ke panggung dan hanya punya mimpi sederhana ingin bertemu papa,” kata Lucky, kemudian.
MEMENANGI Indonesia Idol 2004, di Youtube Lucky Octavian dikenal sebagai “penyanyi festivalis” yang berjaya di panggung pangung fertival, seperti Bintang Radio RRI/TVRI, Asia bagus dan Indonesia Idol 2004, “seangkatan” dengan Joy Tobing dan Delon Thamrin. Dia menyabet juara dua ‘Golden Memories Asia’ sebagai pembawa lagu lawas antar negara di Asia Tenggara. Kemudian membawakan ulang lagu lagu lawas, khususnya lagu Broery Pesolima.
Perkenalannya yang tak sengaja dengan produser Leonard Kristianto dari JK Records membuka kesempatan membuat album sendiri. “Awalnya mau saya duetkan dengan Ria Angelina. Bawakan lagu lama juga. Terus berkembang menjadi single sendiri. Terus berkembang lagimenjadi album, “ kata Nyo Kristianto.
Selaku produser Nyo menyatakan, enak bekerjasama dengan Lucky Octavian karena mau menerima kritik. “Nggak baperan. Kalau saya bilang ‘di bagian itu kamu gak bagus’, dia koreksi, dia perbaiki. Nggak ngambek, “ kata produser, yang meneruskan jejak JK Records di era digital ini.
Sementara itu, Lucky menyatakan, bahwa album dan single menjadi obsesi semua penyanyi dan dia bersyukur akhirnya memiliki album sendiri. Disadarinya untuk mewujudkan tak mudah, karena prosesnya melibatkan banyak pihak, musisi, aranger, dan produser, yang masing masingnya punya ego.
Album Hari yang Sempurna berisi 5 lagu yang masing masingnya ditampilkan dalam dua versi, melibatkan musisi dalam dan luar negeri. Nyo yang mempelajari tata suara (sound engineer) di Berklee College of Music di Boston, Amerika Serikat, memanfaatkan koneksinya dengan musisi teman kuliahnya dari berbagai negara untuk kolaborasi.
Selain didikung pianis Widya Kristianti (acoustic piano), Hendri Lamiri (violin and cello), Sukarno Shahrir (piano), Nurul Susanto (acoustic guitar), Josh Kristianto (lead guitar), Ronie Pangkey (bass), juga ada Bernard b2n Larso (crunch guitar), Silvio Centamore (drums), Godwinowulo (guitar and keyboard programming), Kharfi Mahmoud (clean guitar), Manuel Trabucco (alto saxophone), Leonardo Zorzi (strings and virtual orchestrations). Leonard ‘nyo’ Kristianto ikut mengisi keyboard dan MIDI programming.
Album ‘Satu Hari Sempurna berisikan 5 lagu’ yang secara keseluruhan temanya tentang lika – liku kehidupan manusia. Ada juga lagu Bukan Pahlawan Super, Jangan Pernah Ragukan, Cinta Tak Sebodoh Ini dan Kabut Rindu.
Selanjutnya, saat bertemu lagi dengan Sang Papa






