Mata Uang Rubel, Rusia Sempat Seharga 1 Sen Dolar Amerika Serikat

Seide.id. Mata uang Rusia jatuh setelah negara-negara Barat pada hari Sabtu setuju untuk menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan pada sektor keuangan negara itu sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina.

Rubel turun sekitar 30% terhadap dolar pada hari Senin. Membuatnya bernilai kurang dari 1 sen AS. Setelah AS, Uni Eropa dan Inggris mengumumkan langkah-langkah untuk memblokir beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT dan untuk membatasi penggunaan mata uang besar-besaran Rusia. Cadangan mata uang asing. Sistem ini digunakan untuk memindahkan miliaran dolar ke lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan lainnya di seluruh dunia.

Rubel pulih kembali setelah bank sentral Rusia secara tajam menaikkan suku bunga utamanya pada Senin untuk menopang mata uang dan mencegah pemborosan pada bank. Tapi itu diperdagangkan pada rekor terendah 105,27 per dolar, turun dari sekitar 84 per dolar akhir Jumat.

Selasa pagi, rubel berada di 104,51 per dolar, turun 3,2%. Bursa Efek Moskow ditutup lagi, seperti pada hari Senin.

Rubel yang lebih lemah dapat menyebabkan inflasi melonjak. Berpotensi membuat marah orang Rusia yang anggarannya akan diregangkan dengan melonjaknya harga. Ini juga akan menambah ketegangan di seluruh sistem keuangan Rusia.

Devaluasi rubel yang tajam akan berarti penurunan standar hidup rata-rata orang Rusia, kata para ekonom dan analis. Rusia masih bergantung pada banyak barang impor dan harga barang-barang tersebut kemungkinan akan meroket.

Perjalanan ke luar negeri akan menjadi lebih mahal karena rubel mereka membeli lebih sedikit mata uang di luar negeri. Dan gejolak ekonomi yang lebih dalam akan datang dalam beberapa minggu mendatang jika guncangan harga dan masalah rantai pasokan menyebabkan pabrik-pabrik Rusia tutup karena permintaan yang lebih rendah.

“Ini akan beriak melalui ekonomi mereka sangat cepat,” kata David Feldman, seorang profesor ekonomi di William & Mary di Virginia. “Apa pun yang diimpor akan melihat biaya lokal dalam lonjakan mata uang. Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah subsidi besar-besaran.”

Rubel yang terdepresiasi dengan cepat juga dapat menghantam perusahaan-perusahaan Rusia yang perlu mengeluarkan utang untuk meningkatkan modal.

“[rubel] telah berputar-putar, dan sebagian besar obligasi Rusia, baik secara langsung disetujui atau tidak, telah melihat harga turun ke level yang menunjukkan risiko default yang signifikan,” kata analis TD Securities dalam sebuah catatan penelitian.