Foto : Rae Angela / Unsplash
Penulis : Jlitheng
Pernah mengalami galau? Saya pernah. Kadarnya tergantung dari bobot penyebabnya.
Galau sering diartikan sebagai perasaan yang tak menentu, gundah gulana, atau anak muda ada yang menyebut rasa ingin menangis.
Semua orang pasti pernah merasakannya. Siapa saja, berapapun usianya, dan apapun jabatannya.
Pertanyaan Jesus di taman Getsemani, “Maukah berjaga bersama-Ku satu jam saja?” Menyiratkan, bahwa sebagai manusia Dia tidak luput dari rasa galau. Galau itu makin terasa, ketika di saat yang sangat sulit ditinggalkan seorang diri oleh mereka yang menyebut diri sebagai sahabat-Nya.
Perlakuan kita terhadap dia yang kita sebut saudara, teman, sahabat, yang akan menentukan siapa diri kita yang sesungguhnya.
Kita akan merasa jadi sahabat, jika sesibuk apapun kita, mau nyempetke, atau menyempatkan diri untuk hadir, menyapa mereka yang kita sebut sebagai sahabat, sesaat saja. Saat berpapasan, di jalan atau di sosmed, ketika sedang berdoa atau bercengkerama , online atau offline.
Kita disebut sahabat sejati, jika kita ‘hadir’ saat teman kita menghadapi masalah, apapun caranya, seperti pengalaman di taman Getsemani.
Kita akan merasa jadi sahabat sejati, jika sesibuk apapun kita mau ngaruhke, menyapa, mencari sahabat yang lama tak bersapa.
“Maukah bersama-Ku, tidak satu jam, tapi semenit saja?“
Salam sehat dan tetap berhasrat berbagi cahaya.
Memantik Ide dan Solusi Baru – Catatan halaman 149