Mengkhayal di Tempat Shooting Film “Tom Raider” (Bagian III)

Seide.id – Hampir semua bagian di Angkor Wat menarik untuk dilihat dan dipotret. Tetapi karena terlalu luas, dan saya harus pergi ke kota tua Angkor Thom, saya hanya melihat dan memotret bagian samping kiri komplek dan masuk ke dalam Lorong-lorong di dalam bangunan batu itu.

Petugas berseragam biru banyak terdapat di Angkor Wat (Foto: Seide / Herman Wijaya)

Banyak petugas khusus berseragam biru muda (bagian atas) dan biru tua (bagian bawah) yang mengawasi keadaan sekeliling. Mereka nampaknya mengawasi agar jangan sampai terjadi vandalisme di bangunan bersejarah itu.

Pas tengah hari saya ke luar dari Komplek Candi Angkor Wat yang luas itu. Saya sempat ke bagian kanan depan tempat pedagang souvenir dan kelapa muda membuka kios. Tidak jauh dari sana ada sebuah wihara yang masih digunakan oleh masyarakat. Wihara itu kecil saja bangunannya, sebesar rumah, tetapi ornamen-ornamennya menarik.

Pemuda / pemudi berpakaian tradisional siap menemari wisatawan berfoto di Angkor Wat (Foto: Herman Wijaya)

Saya lalu meninggalkan Komplek Candi Angkor Wat menuju tempat parkir tuktuk. Charoen masih setia menunggu. Kami lalu berangkat ke Kota Tua Angkor Thom.

Angkor Thom berada di sebelah selatan Angkot Wat. Perjalanan ke sana antara 15 – 20 menit. Jalannya lancar, hampir tidak ada mobil, kecuali tuktuk yang seliweran mengantar wisatawan. Itu pun tidak ada yang kebut-kebutan atau saling susul. Jalan menuju Angkor Thom melewati hutan dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat.


Nampaknya pemerintah Kamboja memberi kesempatan kepada pengemudi tuktuk untuk mendapatkan rejeki dari wisatawan. Sejak dari Angkor Wat sampai Angkor Thom saya tidak melihat sebuah mobil pun.

Pintu gerbang Selatan untuk masuk ke Angkor Thom (Foto: Herman Wijaya)

 Menurut Wikipedia Angkor Thom dalam Bahasa Khmer berarti “Kota Besar”. Tempat ini adalah reruntuhan kompleks ibu kota kerajaan Khmer kuno di Kamboja. Angkor Thom melingkupi bagian tengah kompleks kota kuno Angkor. Ibu kota ini didirikan oleh raja Jayawarman VII dan mencakup kawasan seluas 9 km².

Di kawasan ini terdapat beberapa monumen dari masa sebelumnya. Reruntuhan di dalam kompleks kota ini antara lain berbagai candi-candi dan istana-istana, serta terdapat arca-arca yang besar. Pada pusat kota ini berdiri candi Bayon, candi Lokeswara, sementara situs-situs arkeologi penting lainnya berhimpun di sekitar lapangan kejayaan, semacan alun-alun tepat di sebelah utara candi Bayon.

Candi dengan kubah berbentuk kepala manusia (Foto Seide / HW)

Angkor Thom didirikan sebagai ibu kota kerajaan Jayawarman VII, dan menjadi pusat kegiatan pembangunan monumental. Satu prasasti yang ditemukan di dalam kota ini mengibaratkan Jayawarman sebagai mempelai pria, sementara kota ini sebagai pengantinnya.

Bangunan-bangunan dalam kota Angkor Thom dibangun dalam langgam (gaya arsitektur) Bayon. Langgam ini memiliki ciri bangunan berskala besar, banyak menggunakan batu laterit, dan pembangunan menara yang berukir wajah-wajah berukuran besar di setiap gerbang masuk kota. Pada jembatan di depan gerbang kota terdapat ukiran ular naga yang ditarik barisan dewa dan asura.

Berbeda dengan Angkor Wat yang hanya berupa sebuah candi dalam kompleks besar, Angkor Thom memiliki beberapa candi besar dengan bentuk yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk seperti pyramid namun dinding-dindingnya tetap dihiasi oleh relief-relief indah, ada candi yang memiliki jembatan panjang dengan penyangga batu di bawahnya, ada pula candi dengan kubahnya yang berbentuk kepada manusia. Semuanya unik dan menarik.

Bagi yang pernah menonton film Lara Croft: Tomb Raider yang dibintangi oleh Angelina Jolie tahun 2001, tentu masih ingat dengan reruntuhan candi dan pohon-pohon tinggi yang tumbuh menembus tembok candi.  Tempat shooting itu adalah adalah Candi Ta Prohm. Tidak heran, jika Ta Prohm juga disebut Tomb Raider Temple.

Saya memperhatikan dengan takjub tempat tersebut. Beberapa akar pohon beringin yang besar sudah menembus batu-batu dan melilit Sebagian darinya. Saya sempat menghayal melihat Lara Crof dengan tubuhnya yang seksi bergerak lincah di komplek candi tersebut.  

Namun beberapa candi sudah mulai terlihat rusak, batu-batunya berserakan sehingga keindahannya agak memudar. Bisa jadi pemerintah Kamboja kesulitan untuk memugar, walau pun ada sebuah candi yang Nampak sedang dipugar karena dikelilingi oleh steger besi sebagai penyangga.

Candi dengan kubah kepala manusia bagian dalamnya sudah ditopang oleh besi-besi. Jadi agak mengkhawatirkan juga masuk ke tempat ini, walau pun di dalamnya sangat eksotik. Candi ini termasuk yang disukai oleh wisatawan. Banyak wisatawan yang masuk ke sini.

Karena terlalu asyik memotret, baterai kamera saya habis. Sementara masih banyak obyek yang belum didatangi. Rasanya kepingin nangis. Semangat saya langsung drop. Apalagi waktu berangkat dari penginapan hanya makan roti, belum makan nasi, ditambah berkeliling di area yang begitu luas sejak dari Angkor Wat hingga ke beberapa candi di Angkor Thom, membuat saya tidak berselera lagi melihat candi-candi yang lain.

Saya ke luar dari sebuah candi, lalu menghubungi Charoen. Tetapi teleponnya tidak diangkat-angkat. Saya berdiri di pinggir jalan dengan harapan dia melihat saya, tetapi sampai setengah jam lebih dia tak kunjung tiba. Antara lapar, capek dan kesal, saya menyusuri jalan di depan candi-candi. Tiba-tiba tuktuk yang dikemudikan Charoen sampai di dekat saya. Dia mengaku menunggu di tempat tuktuk parker, biasanya wisatawan akan ke sana untuk menemui tuktuk yang membawanya.  

Saya minta diantar ke tempat makan karena perut sudah sangat lapar. Charoen lalu membawa saya menjauh dari tempat tersebut. Kira-kira dua kilometer dari tempat tersebut, Charoen menghentikan tuktuknya di depan sebuah candi yang sedang dipugar. Dia menunjukkan tempat warung tenda satu-satunya di tempat tersebut. Tetapi setelah mendekat, saya kembali lagi. Saya tidak berselera makan di situ. Saya minta diantar ke penginapan. hw (Bersambung)

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer