Menimbang Food Estate Solusi Atau Ancaman untuk Ketahanan Pangan Nasional

Seide.id – Di tengah upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional, konsep food estate mencuat sebagai solusi ambisius yang ditawarkan pemerintah.

Food estate, atau kawasan pertanian terintegrasi berbasis industri, menjanjikan lonjakan produksi pangan yang signifikan melalui penerapan teknologi modern dan manajemen efisien.

Ada pun proyek ini bertujuan mengatasi ketergantungan atas impor pangan, dalam memenuhi kebutuhan pangan domestik yang terus meningkat, serta menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian.

Tentunya saja disatu sisi, food estate tampak sebagai angin segar bagi ketahanan pangan nasional.

Namun, manfaat yang dijanjikan ini datang dengan serangkaian tantangan dan kekhawatiran. Dikarenakan penerapan food estate sering kali menjadi pengalihan lahan yang luas, dari petani kecil kepada perusahaan agrobisnis besar, dan tentu bisa berdampak pada pengusiran dan penghidupan petani lokal.

Lahan yang sebelumnya dikelola dengan metode tradisional beralih menjadi kawasan industri pertanian, yang tidak jarang malah bisa merusak ekosistem serta mengurangi keanekaragaman hayati.

Demikiam juga dampak lingkungan dari proyek skala besar ini perlu dipertimbangkan dengan sangat serius dan kajian mendalam, terutama mengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem untuk ketahanan pangan jangka panjang.

Selain daripada itu, juga mengingat akan ketergantungan pada teknologi tinggi serta investasi besar dalam food estate dapat menimbulkan risiko finansial yang cukup signifikan.

Proyek food estate yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, terutama jika terjadi korupsi serta penyalahgunaan dana turut bermain.

Demikian juga ketergantungan pada hanya satu solusi besar tentu juga rentan terjadinya kegagalan sistemik, di mana kegagalan satu proyek akan dapat menjadi rentetan yang berdampak luas pada ketahanan pangan nasional.

Belajar dari pengalaman negara lain bisa menjadi pelajaran berharga dalam hal ini. Sebagai contoh di Ethiopia, misalnya, food estate telah berhasil meningkatkan produksi pangan juga telah menurunkan angka kelaparan, namun di Brasil, proyek serupa justru telah menyebabkan terjadi perampasan lahan serta konflik sosial.

Bagaimanapun juga, food estate tentu dapat menjadi model pertanian masa depan yang efektif jika diterapkan dengan prinsip berkeadilan sosial dan keberlanjutan terhadap lingkungan.

Maka tentu pemerintah perlu memastikan dengan benar bahwa manfaat dari food estate tidak hanya dirasakan oleh investor besar, tetapi juga dirasakan oleh petani kecil dan masyarakat lokal.

Sehingga pendekatan yang lebih holistik diperlukan dalam kebersamaan dan kesertaan, yang mencakup kepada lebih pemberdayaan petani, perlindungan lingkungan, dan diversifikasi sumber pangan. Ini akan bisa menjadi adanya kombinasi antara metode pertanian tradisional dan modern yang berkelanjutan, sehingga ketahanan pangan dapat dicapai tanpa merusak sumber daya alam yang ada.

Model food estate yang tepat untuk sungguh dapat diterapkan di Indonesia harus tetap mempertimbangkan karakteristik lokal dan juga menjadi kebutuhan masyarakat.

Pertama, integrasi antara teknologi modern dan kearifan lokal sangat penting. Teknologi pertanian yang presisi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi pangan, dengan tetap perlu adanya pelestarian teknik pertanian tradisional yang telah terbukti cocok dengan kondisi alam Indonesia.

Kedua, pemerintah harus sungguh fokus kepada pemberdayaan petani kecil melalui pendidikan serta akses ke teknologi pertanian, sehingga mereka dapat turut berpartisipasi aktif dalam proyek food estate tanpa merasa terpinggirkan.

Ketiga, pendekatan agroforestri, yang menggabungkan pertanian dan kehutanan, akan bisa menjadi solusi terbaik untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.

Maka menimbang food estate sebagai solusi ketahanan pangan nasional sungguh memerlukan kajian mendalam dan strategi implementasi yang matang dan tidak terburu-buru.

Meskipun konsep ini sangat menjanjikan, nanun kesuksesannya bergantung kepada penerapan yang adil dan berkelanjutan.

Pertanyaan besarnya adalah: akankah food estate menjadi penyelamat atau justru ancaman bagi ketahanan pangan kita? Jawabannya tentu akan terungkap seiring waktu dan bagaimana kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengelola proyek ini.

Dan pasti seluruh masyarakat berharap akan adanya kebijakan yang tepat dalam menghadapi ancaman krisis pangan global.

Indonesia masih memiliki waktu untuk menetapkan langkah yang menyeluruh dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Penulis: Jeannie Latumahina
Ketua Umum Relawan Perempuan dan Anak (RPA) Partai Perindo

Rollercoaster Pengangguran Satu Dekade Fluktuasi, Tantangan Kompleks, dan Harapan Baru

Avatar photo

About jeannie latumahina

Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo